kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hijrah dari Amerika ke tanah kelahiran untuk membangun Coupang (2)


Jumat, 23 Agustus 2019 / 11:30 WIB
Hijrah dari Amerika ke tanah kelahiran untuk membangun Coupang (2)


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Kesuksesan Bom Kim membangun e-commerce Coupang tidak datang begitu saja. Pria berusia 40 tahun ini harus membangun Coupang dari nol. Masa kecilnya dihabiskan di Amerika Serikat (AS) hingga dewasa. Sempat menjajal berbisnis di AS tapi tidak membuahkan hasil, Kim memutuskan untuk memulai bisnis di tanah kelahirannya. Berkiblat pada Groupon, situs Coupang meluncur. Namun, membangun merek dan sistem ternyata tidak mudah.

Bom Kim sukses menjadikan Coupang sebagai e-commerce terbesar di Korea Selatan (Korsel). Berkat usahanya, Kim masuk dalam jajaran miliader dunia. Majalah Forbes mencatat total kekayaan Kim sebesar US$ 1 miliar pada Juli 2019.

Meski begitu kesuksesan tersebut tidak datang begitu saja. Banyak jalan berliku sebelum Kim meraih segala kesuksesan yang dia nikmati saat ini. Kim lahir di ibu kota negara, Seoul, pada 1978. Namun pada usia 7 tahun, Kim bersama keluarga meninggalkan Korsel lantaran sang ayah dipindah tugaskan oleh perusahaan tempat ayahnya bekerja yaitu Hyundai Motor untuk memegang pasar di Amerika.

Pada usia 13 tahun, Kim remaja masuk sekolah asrama di Massachusetts. Kala itu, Ia menggemari klub baseball New England Patriots dan Red Sox. Terbilang pintar, Kim tumbuh sebagai anak yang gemar belajar. Memiliki nilai cukup bagus, mengantarkan Kim masuk ke Harvard University.

Pada awalnya, Kim tertarik melakoni bisnis media. Guna menimba ilmu yang berkaitan dengan media, Ia memilih magang di sebuah majalah New Republic. Sambil jalan, Ia memulai sebuah majalah mahasiswa yang bernama Current. Majalah ini terus tumbuh lalu diambilalih oleh Newsweek, setahun setelah Kim lulus pada tahun 2000.

Masih mendalami bisnis media, pada tahun 2006, Kim menginvestasikan dana senilai US$ 4 juta untuk majalah alumni Harvard, Vanity Fair. Hal ini terinspirasi dari majalah bertajuk 02138.

Sayang, Kim gagal mengembangkan bisnis tersebut. Terkendala masalah finansial, Kim harus rela usahanya tersebut gulung tikar seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda pada 2008 lalu.

Agar memiliki kemampuan mumpuni di bidang bisnis, Kim mencoba kembali masuk ke Harvard Business School untuk mendapatkan gelar MBA tetapi hanya bertahan setahun. Dia pun lebih memilih fokus pada mendirikan usaha di Korsel.

Ketika telah kembali ke Seoul, Kim menciptakan situs semacam Groupon dengan membangun e-commerce milik sendiri Coupang. Agar lebih mudah mengumpulkan uang dari investor Amerika, Kim mendaftarkan usahanya, Coupang sebagai perseroan terbatas di AS.

Pada awal membangun Coupang, Kim harus rela membakar uang hingga mencapai US$ 1 juta untuk biaya iklan. Bahkan kala itu langkah tersebut menjadikannya sebagai pengiklan teratas Facebook di Korsel.

Kendati demikian transaksi harian yang dibukukan Coupang terbilang rendah. Lantaran situs ini masih menggunakan model bisnis yang buruk dengan retensi pelanggan yang rendah. Pada musim panas tahun 2013, Kim memutar otak dan menyusun strategi baru.

Ia mengamati tren berbelanja di luar negeri dengan mengubah Coupang menjadi pasar bergaya eBay. Agar merek usahanya semakin berkembang dan menyebar, Kim terus melakukan eksperimen dengan mengambil persediaan barang-barang dari pihak pertama. Sayangnya, bisnis e-commerce Coupang masih sangat bergantung pada penjual pihak ketiga yang mengemas dan mengirim barang-barang mereka sendiri.

Lewat eksperimen ini, Kim ingin memasok produk sendiri agar dapat memiliki produk rumah tangga yang banyak dicari dan bisa dikirim secepat mungkin. Namun kendala dana menjadi hambatan. Ia pun mulai mencari investor baru.

Lewat kepiawaian negosiasi, Kim berhasil mendapatkan investor dan telah mengumpulkan pendanaan sebesar US$ 400 juta dari investor seperti Sequoia Capital dan BlackRock.

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×