kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hubungan AS-China diramal makin panas soal isu Hong Kong


Minggu, 31 Mei 2020 / 13:20 WIB
Hubungan AS-China diramal makin panas soal isu Hong Kong
ILUSTRASI. Bendera China dan AS berkibar di dekat Bund, sebelum delegasi perdagangan AS bertemu dengan rekan-rekan China mereka untuk mengadakan pembicaraan di Shanghai, Cina 30 Juli 2019.


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pengamat menilai China dan Amerika Serikat memiliki sedikit ruang untuk meredakan ketegangan setelah Washington mengumumkan akan mengakhiri status khusus Hong Kong.

Pada hari Jumat, Donald Trump mengumumkan bahwa dia akan mengakhiri perjanjian yang memberikan perlakuan istimewa pada Hong Kong. Dia juga mengatakan akan memberikan sanksi kepada pejabat yang bertanggung jawab atas karena meredam kebebasan Hong Kong.

Baca Juga: Trump anggap anggota G7 jadoel, akan undang Rusia, Korsel, dan India

Langkah itu dilakukan setelah badan legislatif nasional China menyetujui undang-undang keamanan nasional di bekas jajahan Inggris ini.

Beijing telah mengatakan akan menanggapi langkah terbaru AS, tetapi telah menahan diri untuk tidak segera membalas.

Tetapi pengamat percaya bahwa ketegangan antara kedua belah pihak cenderung meningkat lebih lanjut mengingat kepentingan mereka yang bersaing di seluruh dunia dalam bidang-bidang seperti perdagangan, teknologi dan ideologi.

Wei Zongyou, seorang profesor hubungan China-AS di Universitas Fudan di Shanghai, mengatakan ada sedikit kemungkinan ketegangan mereda dan meramalkan bahwa decoupling akan meningkat di berbagai bidang.

Baca Juga: Mantan Gubernur Hong Kong sebut Xi Jinping seorang diktator yang gugup

"Seperti yang kita lihat kedua belah pihak bergantian membalas dendam, tidak mungkin ada negosiasi perdagangan yang berkelanjutan," katanya.

"Kedua negara tidak memiliki saluran komunikasi yang efektif saat ini, dan kedua belah pihak bersaing untuk melihat siapa yang lebih tangguh," lanjut dia.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×