Penulis: Arif Budianto
Menurut penulis utama dalam studi terbaru ini, ahli glasiologi Veronica Tollenaar dari Free University of Brussels di Belgia, mereka menemukan beberapa situs yang belum ditemukan dengan potensi besar untuk mendeteksi meteorit.
Untuk mendeteksi meteorit tersebut, para peneliti menggunakan bantuan perangkat lunak AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan yang menganilisis data satelit dari seluruh permukaan Antartika.
Dalam studi baru yang diterbitkan Science Advances, penggunaan kecerdasan buatan atau AI ini untuk mengidentifikasi zona yang paling mungkin menampung meteorit yang belum ditemukan sebelumnya. Identifikasi tersebut berdasarkan kemiripan dengan area di mana peneliti telah menemukan meteorit sebelumnya.
Menurut laporan Kantor Berita Pers, program AI tersebut diketahui secara tepat mengidentifikasi hampir 83 persen zona di Antartika yang kaya meteorit. Secara keseluruhan, program AI tersebut mampu mengidentifikasi lebih dari 600 zona yang kemungkinan kaya meteorit.
Baca Juga: Sentry-II Milik NASA Dapat Memantau Lebih Dari 3000 Asteroid Berbahaya di Dekat Bumi
Temuan baru mengusulkan bahwa lebih dari 45 ribu meteorit ditemukan saat ini dari Antartika, terdiri hanya 5 sampai 13% dari semua meteorit di benua tersebut.
Sementara itu, sang penulis utama menambahkan bahwa perhitungan mereka menunjukkan bahwa lebih dari 300 ribu meteorit masih ada di permukaan lapisan es, sehingga potensinya masih besar.
Meskipun program AI ini membantu para peneliti, sayangnya tidak 100 persen tepat. Para peneliti terkadang harus pergi ke area yang menurut program tersebut ditemukan, tetapi di lapangan tidak menemukan apa-apa.
Kendati demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kecerdasan buatan untuk membuatnya lebih baik di masa depan.