Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) naik pada Kamis (9/10/2025) pagi waktu setempat.
Menjelang lelang surat utang jangka panjang di tengah berlanjutnya penutupan pemerintahan federal (government shutdown) yang telah menghambat publikasi data ekonomi resmi.
Sejak anggota Kongres gagal mencapai kesepakatan terkait anggaran sebelum tenggat 30 September, imbal hasil obligasi tenor dua tahun dan acuan 10 tahun bergerak dalam kisaran sempit.
Baca Juga: Cadangan Emas Global Lampaui Surat Utang AS, Apa Artinya?
Hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa kebuntuan fiskal tersebut akan segera berakhir.
Sam Millette, Fixed Income Strategist di Commonwealth Financial Network mengatakan bahwa ketiadaan data ekonomi sejauh ini tidak berdampak signifikan pada kinerja obligasi pemerintah AS.
“Cukup menggembirakan melihat pasar tetap berjalan sebagaimana mestinya meski tanpa data resmi,” ujarnya.
Setelah lelang surat utang tenor tiga tahun dan 10 tahun awal pekan ini, penerbitan obligasi 30 tahun pada Kamis sore akan menjadi indikator penting minat investor terhadap surat utang jangka panjang AS.
Selain itu, Departemen Keuangan AS juga akan melelang surat berharga tenor empat dan delapan minggu pada pagi hari.
Baca Juga: Wall Street Bergerak Tipis Kamis (9/10), Powell Tak Beri Sinyal Baru Soal Suku Bunga
Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun AS terakhir naik 1,7 basis poin menjadi 4,148%, sementara imbal hasil obligasi 30 tahun meningkat 1 basis poin menjadi 4,734%.
Bagian kurva imbal hasil yang diawasi ketat yakni selisih antara imbal hasil surat utang dua tahun dan 10 tahun berada pada level positif 54,7 basis poin, menandakan ekspektasi ekonomi yang relatif stabil.
Imbal hasil obligasi dua tahun, yang biasanya sensitif terhadap ekspektasi suku bunga The Fed, naik 1,7 basis poin menjadi 3,601%.
Sementara itu, tingkat breakeven inflasi pada obligasi lindung inflasi AS (TIPS) tenor lima tahun tercatat di level 2,433%, naik tipis dari 2,428% pada 8 Oktober.
Untuk tenor 10 tahun, tingkat breakeven berada di 2,365%, yang menunjukkan bahwa pasar memperkirakan inflasi rata-rata sekitar 2,4% per tahun selama dekade mendatang.