Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
AS Tetap Tangguh, China Masih Rentan
Dalam skenario dasar IMF, ekonomi AS tetap tangguh dengan pertumbuhan 2,0% pada 2025, sedikit naik dari proyeksi Juli (1,9%), dan 2,1% pada 2026.
Meski demikian, angka itu masih di bawah pertumbuhan kuat 2,8% pada 2024.
IMF menyebut kenaikan tersebut didorong oleh tarif yang lebih rendah dari perkiraan, dorongan fiskal dari rancangan undang-undang pajak Partai Republik, serta ledakan investasi AI.
Zona euro juga mengalami sedikit peningkatan proyeksi pertumbuhan menjadi 1,2% pada 2025, naik dari 1,0% di Juli, ditopang ekspansi fiskal Jerman dan momentum kuat di Spanyol.
Sementara itu, Jepang mendapat revisi naik signifikan menjadi 1,1% dari 0,7%, berkat peningkatan konsumsi domestik dan upah yang lebih tinggi.
Baca Juga: Uni Eropa Denda Gucci, Chloe dan Loewe Sebesar US$ 182 Juta, Ini Penyebabnya
Namun pertumbuhan diperkirakan melambat kembali ke 0,6% pada 2026, meski tetap lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
Untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia, proyeksi 2025 naik menjadi 2,4% dari 2,2%, sebagian besar karena revisi naik untuk Meksiko menjadi 1,0%.
IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan China pada 4,8% untuk 2025 dan 4,2% untuk 2026, dengan catatan bahwa peningkatan ekspor belakangan ini kemungkinan tidak berkelanjutan.
“Prospek China masih mengkhawatirkan. Sektor properti masih rapuh empat tahun setelah gelembungnya pecah,” tulis Gourinchas dalam blognya.
“Risiko stabilitas keuangan meningkat karena investasi real estat terus menyusut, permintaan kredit lemah, dan ekonomi berada di ambang jebakan deflasi utang.”
IMF juga mempertahankan proyeksi inflasi global pada 4,2% untuk 2025 dan 3,7% untuk 2026.
Namun, terjadi perbedaan tren antarnegara: inflasi AS cenderung naik karena perusahaan mulai menyalurkan biaya tarif ke konsumen, sedangkan inflasi di Asia termasuk China, India, dan Thailand direvisi turun seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi.