kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.617   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.051   -15,35   -0,19%
  • KOMPAS100 1.106   2,18   0,20%
  • LQ45 772   0,26   0,03%
  • ISSI 289   -0,19   -0,07%
  • IDX30 404   0,55   0,14%
  • IDXHIDIV20 454   -1,30   -0,29%
  • IDX80 122   0,02   0,02%
  • IDXV30 130   -0,81   -0,62%
  • IDXQ30 128   0,67   0,53%

IMF Optimistis Ekonomi Global Tumbuh 3,2% di 2025, tapi Trump Kembali Guncang Pasar


Selasa, 14 Oktober 2025 / 20:28 WIB
IMF Optimistis Ekonomi Global Tumbuh 3,2% di 2025, tapi Trump Kembali Guncang Pasar
ILUSTRASI. FILE PHOTO: The International Monetary Fund (IMF) logo is seen outside the headquarters building in Washington, U.S.,September 4, 2018. REUTERS/Yuri Gripas/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 setelah guncangan tarif dan kondisi keuangan global ternyata lebih ringan dari perkiraan.

Namun, lembaga itu mengingatkan bahwa ancaman perang dagang baru antara Amerika Serikat dan China dapat menekan output dunia secara signifikan.

Dalam laporan World Economic Outlook dikutip Reuters Selasa (14/10/2025), IMF menyebut sejumlah kesepakatan dagang antara AS dan mitra utamanya berhasil meredam dampak tarif yang lebih luas serta meminimalkan aksi balasan.

Baca Juga: JPMorgan Percaya Diri, Laba Kuartal III Bakal Melampaui Ekspektasi

Kondisi ini mendorong IMF untuk kembali menaikkan proyeksi pertumbuhan global, kedua kalinya sejak April lalu.

IMF kini memperkirakan pertumbuhan PDB riil global mencapai 3,2% pada 2025, naik dari proyeksi Juli sebesar 3,0% dan jauh lebih baik dibandingkan proyeksi April sebesar 2,8% yang dibuat setelah pemerintahan Trump memberlakukan tarif global “resiprokal”.

Untuk 2026, pertumbuhan global diperkirakan stabil di 3,1%, tidak berubah dari proyeksi Juli.

Menurut Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, pertumbuhan global juga didorong oleh sektor swasta yang tanggap mempercepat impor dan mengalihkan rantai pasok, pelemahan dolar AS, stimulus fiskal di Eropa dan China, serta ledakan investasi di sektor kecerdasan buatan (AI).

“Kesimpulannya: tidak seburuk yang kami takutkan, tapi lebih buruk dari yang kami harapkan setahun lalu, dan masih di bawah yang dibutuhkan,” ujar Gourinchas menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia pekan ini.

Baca Juga: Goldman Sachs Raup Untung Besar! Laba Kuartal III Tembus US$4,1 Miliar

Namun, stabilitas pasar kembali terguncang pada Jumat lalu ketika Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% terhadap barang-barang asal China, di atas tarif rata-rata yang kini mencapai 55%, sebagai balasan atas perluasan kontrol ekspor China terhadap logam tanah jarang.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pada Senin bahwa pembicaraan sedang dilakukan untuk meredakan eskalasi ini.

“Jika itu benar-benar terjadi, dampaknya akan sangat besar bagi ekonomi global,” kata Gourinchas kepada Reuters.

Ia menambahkan, peningkatan ketegangan dapat memangkas pertumbuhan dan memperburuk ketidakpastian yang sudah menekan investasi dan konsumsi.

Dalam skenario risiko negatif, IMF memodelkan dampak kenaikan tarif sebesar 30 poin persentase untuk barang dari China dan 10 poin untuk Jepang, kawasan euro, dan pasar negara berkembang Asia.

Hasilnya, pertumbuhan global pada 2026 bisa turun 0,3 poin persentase, dan efek negatif meningkat menjadi lebih dari 0,6 poin hingga 2028.

Jika dikombinasikan dengan dampak tambahan seperti inflasi yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga, dan turunnya permintaan terhadap aset AS, penurunan PDB global dapat mencapai 1,2 poin persentase pada 2026 dan 1,8 poin pada 2027.

Baca Juga: Altcoin Kembali Turun Sebelum Altseason, Akankah Sejarah Terulang?

AS Tetap Tangguh, China Masih Rentan

Dalam skenario dasar IMF, ekonomi AS tetap tangguh dengan pertumbuhan 2,0% pada 2025, sedikit naik dari proyeksi Juli (1,9%), dan 2,1% pada 2026.

Meski demikian, angka itu masih di bawah pertumbuhan kuat 2,8% pada 2024.

IMF menyebut kenaikan tersebut didorong oleh tarif yang lebih rendah dari perkiraan, dorongan fiskal dari rancangan undang-undang pajak Partai Republik, serta ledakan investasi AI.

Zona euro juga mengalami sedikit peningkatan proyeksi pertumbuhan menjadi 1,2% pada 2025, naik dari 1,0% di Juli, ditopang ekspansi fiskal Jerman dan momentum kuat di Spanyol.

Sementara itu, Jepang mendapat revisi naik signifikan menjadi 1,1% dari 0,7%, berkat peningkatan konsumsi domestik dan upah yang lebih tinggi.

Baca Juga: Uni Eropa Denda Gucci, Chloe dan Loewe Sebesar US$ 182 Juta, Ini Penyebabnya

Namun pertumbuhan diperkirakan melambat kembali ke 0,6% pada 2026, meski tetap lebih baik dari proyeksi sebelumnya.

Untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia, proyeksi 2025 naik menjadi 2,4% dari 2,2%, sebagian besar karena revisi naik untuk Meksiko menjadi 1,0%.

IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan China pada 4,8% untuk 2025 dan 4,2% untuk 2026, dengan catatan bahwa peningkatan ekspor belakangan ini kemungkinan tidak berkelanjutan.

“Prospek China masih mengkhawatirkan. Sektor properti masih rapuh empat tahun setelah gelembungnya pecah,” tulis Gourinchas dalam blognya.

“Risiko stabilitas keuangan meningkat karena investasi real estat terus menyusut, permintaan kredit lemah, dan ekonomi berada di ambang jebakan deflasi utang.”

IMF juga mempertahankan proyeksi inflasi global pada 4,2% untuk 2025 dan 3,7% untuk 2026.

Namun, terjadi perbedaan tren antarnegara: inflasi AS cenderung naik karena perusahaan mulai menyalurkan biaya tarif ke konsumen, sedangkan inflasi di Asia termasuk China, India, dan Thailand direvisi turun seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya: Indef Sebut Struktur Hulu Lemah Jadi Penyebab Ketergantungan Impor Susu

Menarik Dibaca: Pendaftaran Sunrise Society Ke Tiga Sudah Dibuka, Bank Saqu Take Over GBK




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×