kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Inflasi Sudah Lewati Level Tertinggi, Australia Kembali Kerek Suku Bunga


Selasa, 02 Mei 2023 / 17:29 WIB
Inflasi Sudah Lewati Level Tertinggi, Australia Kembali Kerek Suku Bunga
ILUSTRASI. Reserve Bank of Australia (RBA) in Sydney May 5, 2015. REUTERS/Jason Reed/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD - SEARCH GLOBAL BUSINESS 18 DEC FOR ALL IMAGES.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Australia pada hari Selasa (2/5) mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga 25 basis poin. Dikutip dari Reuters Selasa (2/5), kebijakan hawkish ini membuat dolar Australia melonjak melonjak 1,3% ke level US$ 0,6715.

Di akhir pertemuan untuk mengambil kebijakan di bulan Mei, Reserve Bank of Australia (RBA) menaikkan suku bunga menjadi 3,85% dan mengatakan kemungkinan diperlukan adanya pengetatan lebih lanjut untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke tingkat yang wajar.

Suku bunga saat ini tercatat berada di level tertinggi sejak awal 2012, sehingga total kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan mencapai 375 basis poin sejak Mei tahun 2022 lalu.  Ini merupakan pengetatan tercepat dalam sejarah modern negara tersebut.

Pasar dan juga mayoritas analis sebelumnya memprediksi RBA akan bersikap lebih dovish karena inflasi inti telah menurun lebih rendah daripada yang sebelumnya diharapkan.

Baca Juga: Produsen Mobil Jepang Mengalami Krisis Penjualan di China

RBA juga mengatakan pada pertemuan kebijakan sebelumnya bahwa dampak pengetatan yang sudah dilakukan belum terasa efeknya bagi perekonomian.

"Inflasi di Australia telah melewati puncaknya, namun masih terlalu tinggi dan masih perlu waktu sebelum kembali ke kisaran target," ujar Gubernur Philip Lowe. 

Meskipun demikian, Philip mengatakan tidak ada risiko kenaikan pada inflasi jasa dan kenaikan biaya tenaga kerja.

Menurut data harga konsumen kuartal pertama 2023, inflasi di Australia menurun dari level tertinggi selama 33 tahun. Namun setelah memperhitungkan kenaikan pada hari Selasa, Bank Sentral Asutralia memperkirakan inflasi masih akan kembali ke 3%.

Inflasi saat ini diproyeksikan akan melambat menjadi 4,5% di tahun 2023 dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 4,75%.

"Ini adalah waktu yang sangat lama bagi inflasi untuk melampaui target, dan berisiko bahwa ekspektasi inflasi yang lebih tinggi akan tertanam," kata Sean Langcake, Kepala Peramalan Ekonomi Makro untuk BIS Oxford Economics.

Sean mengatakan hal ini pada akhirnya akan mengarah pada suku bunga yang lebih tinggi.

Baca Juga: Sempat Meningkat Didorong Permintaan China, Ekspor Minyak Mentah AS Diramal Menurun

Sementara itu kenaikan suku bunga yang dilakukan pada hari Selasa akan membantu menjaga ekspektasi inflasi jangka menengah.

Sementara Gareth Aird, kepala ekonomi Australia di Commonwealth Bank of Australia mengatakan kenaikan suku bunga diperlukan sebagai solusi untuk pengetatan lebih lanjut, mengingat hal serupa pernah dilakukan tahun lalu yang mana dapat mengurangi belanja konsumen dan inflasi.



TERBARU

[X]
×