kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Inggris Ancam Akui Negara Palestina Jika Israel Tak Hentikan Perang di Gaza


Rabu, 30 Juli 2025 / 11:06 WIB
Inggris Ancam Akui Negara Palestina Jika Israel Tak Hentikan Perang di Gaza
ILUSTRASI. Pernyataan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menambah tekanan internasional terhadap Israel. REUTERS/Toby Melville


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NEW YORK/LONDON. Pemerintah Inggris menyatakan akan mengakui negara Palestina pada September mendatang jika Israel tidak segera mengambil langkah nyata untuk mengakhiri penderitaan di Gaza.

Termasuk menghentikan perang yang telah berlangsung hampir dua tahun dan meringankan krisis kelaparan yang semakin memburuk.

Peringatan ini muncul setelah laporan pemantau kelaparan mengindikasikan bahwa Gaza kini menghadapi skenario terburuk berupa bencana kelaparan massal.

Baca Juga: Israel Umumkan Jeda Harian Serangan di Gaza, Bantuan Udara Mulai Dikirim

Otoritas Palestina mengklaim jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah melampaui 60.000 orang sejak perang pecah pada Oktober 2023, saat kelompok Hamas menyerang Israel.

Peringatan kelaparan ini dikeluarkan oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC), yang membuka kemungkinan bahwa kondisi di Gaza secara resmi dapat dikategorikan sebagai kelaparan (famine), demi menambah tekanan global kepada Israel untuk mengizinkan masuknya lebih banyak bantuan pangan.

Pernyataan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menambah tekanan internasional terhadap Israel.

Sebelumnya, Prancis telah mengumumkan niat untuk mengakui negara Palestina pada September, langkah yang juga mendapat kecaman keras dari pemerintahan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut langkah Inggris sebagai "penghargaan terhadap terorisme keji Hamas dan hukuman bagi para korbannya."

Melalui media sosial X, ia menambahkan, "Negara jihadis di perbatasan Israel hari ini bisa menjadi ancaman bagi Inggris esok hari."

Baca Juga: Frustrasi dan Cemas atas Gaza Bikin Macron Bertindak Sendiri Terkait Palestina

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan tidak membahas rencana Inggris dalam pengakuan negara Palestina saat bertemu Starmer di Skotlandia, namun ia menegaskan bahwa Hamas "tidak seharusnya diberi hadiah" dengan pengakuan tersebut.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memuji keputusan Starmer sebagai langkah yang “berani”, menurut laporan kantor berita resmi Palestina, WAFA.

Starmer menyampaikan kepada kabinetnya bahwa Inggris akan mengakui negara Palestina dalam Sidang Umum PBB pada September, kecuali jika Israel:

  • Mengakhiri situasi kemanusiaan yang buruk di Gaza,
  • Menyetujui gencatan senjata,
  • Tidak melakukan aneksasi wilayah Tepi Barat,
  • Berkomitmen pada proses perdamaian jangka panjang yang menuju solusi dua negara.

Jika direalisasikan, pengakuan tersebut bersifat simbolis karena wilayah yang dimaksud Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur masih diduduki Israel.

Namun, langkah ini akan semakin mengisolasi Israel secara diplomatik di tengah meningkatnya desakan global agar Israel membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca Juga: Militer Israel Umumkan Jeda Harian Operasi Militer di Tiga Wilayah Gaza

Bukti Kelaparan, Malnutrisi, dan Penyakit Semakin Nyata

Meski Israel menyatakan telah melonggarkan akses bantuan pada akhir pekan lalu, Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyebut pihaknya masih tidak memperoleh izin yang cukup untuk menyalurkan bantuan sejak diumumkannya "jeda kemanusiaan" dalam pertempuran pada Minggu lalu.

"Semakin banyak bukti menunjukkan kelaparan meluas, malnutrisi, dan penyakit menjadi penyebab meningkatnya kematian akibat kelaparan," kata IPC.

Mereka menyebut ambang batas kelaparan telah terlampaui di sebagian besar wilayah Gaza dan akan segera melakukan analisis formal untuk klasifikasi resmi.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, 147 orang termasuk 88 anak-anak telah meninggal dunia akibat kelaparan, sebagian besar dalam beberapa minggu terakhir. Gambar anak-anak Palestina yang kurus kering mengejutkan publik dunia.

Israel menyangkal menggunakan kelaparan sebagai senjata. Menteri Luar Negeri Gideon Saar mengakui situasi di Gaza memang sulit, namun menuding banyak informasi yang menyesatkan soal kelaparan.

Baca Juga: Truk Bantuan Mulai Masuk Gaza dari Mesir, Israel Lakukan Airdrop

Konflik Paling Mematikan Sejak 1948

Data kematian yang dirilis otoritas Palestina dan sering digunakan PBB serta WHO menunjukkan bahwa konflik ini adalah yang paling mematikan dalam sejarah Israel sejak berdiri tahun 1948.

Israel memulai serangan besar-besaran sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, hari paling berdarah dalam sejarah Israel. Sejak operasi darat dimulai, 454 tentara Israel juga dilaporkan tewas.

Data korban Palestina tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, dan ribuan jenazah diyakini masih tertimbun di bawah reruntuhan.

Serangan udara Israel semalam menewaskan sedikitnya 30 orang di kamp Nuseirat, Gaza Tengah, termasuk 14 perempuan dan 12 anak-anak, menurut dokter di Rumah Sakit Al-Awda.

Baca Juga: Netanyahu dan Trump Tinggalkan Meja Perundingan Gencatan Senjata Gaza dengan Hamas

Di lokasi berbeda, 13 orang tewas dan puluhan luka-luka akibat tembakan Israel saat mengantre bantuan di Jalan Salahuddin.

Saar menyatakan bahwa dalam dua bulan terakhir, Israel telah mengizinkan 5.000 truk bantuan masuk ke Gaza, dan bersedia membantu misi pengiriman bantuan melalui udara, meski organisasi kemanusiaan menyebut metode tersebut tidak efektif dan hanya bersifat simbolik.

Israel dan AS menuduh Hamas mencuri bantuan yang dibantah oleh kelompok tersebut. Sementara PBB menyatakan belum menemukan bukti kuat bahwa Hamas menyimpangkan bantuan dalam jumlah besar.




TERBARU

[X]
×