Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kesalahan 2: Membiarkan Emosi Menghambat
Perencanaan keuangan yang kuat bergantung pada penalaran logis, tetapi resesi dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang terburu-buru. Hal itu dapat membuat orang yang logis menjadi emosional. Dan itu dapat merusak kekayaan Anda secara keseluruhan.
“Untuk membangun dan melindungi kekayaan jangka panjang, disiplin emosional tidak dapat dinegosiasikan. Anda harus mengenali saat perasaan Anda mengaburkan penilaian Anda,” kata Sean Babin, CFP, CEO Babin Wealth Management.5
“Itulah sebabnya saya sangat menyarankan untuk bekerja dengan penasihat atau pelatih keuangan, seseorang yang dapat memberikan perspektif, menunjukkan data kepada Anda, dan membantu Anda membuat keputusan yang rasional dan terinformasi saat emosi sedang tinggi,” tambahnya.
Baca Juga: Penurunan Kelas Menengah, Ancaman Serius bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kesalahan 3: Menjual Saat Pasar Turun
Berinvestasi membutuhkan banyak disiplin emosional. Namun, banyak orang, terutama investor yang kurang berpengalaman, menjual saat pasar sedang turun. Namun, ini bukanlah cara untuk membangun kekayaan jangka panjang.
“Ketika pasar anjlok dan kita melihat portofolio kita merugi, kepanikan pun muncul. Naluri alami kita adalah menghilangkan rasa sakit itu, jadi kita menjual. Dan kemudian, ketika keadaan ‘terasa’ lebih aman, kita membeli kembali,” kata Babin.
“Perilaku ini mengunci kerugian dan menciptakan lingkaran setan: menjual saat harga rendah dan membeli saat harga tinggi. Ulangi pola ini berkali-kali, dan itu dapat menghapus potensi keuntungan selama puluhan tahun,” urainya.
Baca Juga: ADB Prediksi Ekonomi RI Akan Terhambat, Imbas Menurunnya Jumlah Kelas Menengah