Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dampak ke Amerika Serikat
Laporan Geologi AS mencatat, antara 2020–2023, sekitar 70% impor logam tanah jarang AS berasal dari China.
Artinya, setiap pembatasan dari Beijing berpotensi mengguncang industri AS—mulai dari manufaktur hingga pertahanan.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut kebijakan China sebagai bentuk “pemaksaan ekonomi dan upaya menguasai rantai pasokan global”.
Lapisan “heavy rare earths” ini digunakan di berbagai teknologi militer seperti jet tempur F-35, rudal Tomahawk, dan drone Predator.
Selain sektor militer, industri manufaktur AS—yang selama ini menjadi fokus kebijakan ekonomi Trump—juga terancam kekurangan bahan baku.
“Produsen, terutama di sektor pertahanan dan teknologi tinggi, bisa menghadapi kelangkaan dan keterlambatan produksi,” ujar Dr. Gavin Harper dari Universitas Birmingham.
Harga bahan mentah juga diperkirakan melonjak, mendorong kenaikan biaya produksi berbagai barang mulai dari ponsel hingga perangkat militer.
Trump sendiri telah memerintahkan penyelidikan keamanan nasional terkait ketergantungan AS pada logam langka.
“Ketergantungan berlebihan pada mineral kritis dari luar negeri dapat membahayakan kemampuan pertahanan dan ketahanan ekonomi AS,” tulis perintah tersebut.
Tonton: Tiongkok Batasi Ekspor Tanah Jarang, Trump Meradang dan Langsung Getok Tarif 100%!
Mengapa AS Tidak Bisa Produksi Sendiri?
AS memang memiliki satu tambang logam langka yang masih beroperasi, tetapi tidak punya fasilitas pemisahan logam berat. Bijih mentahnya pun masih harus dikirim ke China untuk diproses.
Padahal, pada 1980-an AS pernah menjadi produsen logam langka terbesar di dunia sebelum akhirnya kalah bersaing karena biaya produksi lebih tinggi.
Karena itu, Trump kini mencari sumber alternatif—mulai dari Ukraina hingga Greenland, yang diketahui memiliki cadangan logam langka terbesar kedelapan di dunia.
Namun, pendekatan agresif Trump terhadap negara-negara tersebut justru bisa mempersulit kerja sama baru.
“AS menghadapi dua masalah besar: memusuhi China yang menjadi pemasok utama, sekaligus menjauhkan diri dari negara-negara yang sebelumnya merupakan mitra potensial,” kata Dr. Harper.