kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ini alasan mengapa nelayan China percaya diri menangkap ikan di dekat Natuna


Senin, 13 Januari 2020 / 10:30 WIB
 Ini alasan mengapa nelayan China percaya diri menangkap ikan di dekat Natuna
ILUSTRASI. KRI Sutedi Senoputra-378 (kiri) dan KRI Teuku Umar-385 (kanan) berlayar meninggalkan Faslabuh Lanal Ranai, Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (9/1/2020). KRI Usman Harun-359 bersama KRI Sutedi Senoputra-378 dan KRI Teuku Umar-385 berlayar untuk me


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

China dan 10 anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (Asean) memulai pembicaraan untuk kode perilaku pada tahun 2002, yang bertujuan untuk mengatur perilaku berbahaya dan mencegah pecahnya permusuhan di perairan yang disengketakan. Satu rancangan kode pertama kali diajukan pada Agustus 2018 tetapi tidak pernah dipublikasikan. Namun demikian, Beijing dan ASEAN telah sepakat untuk menyelesaikan negosiasi pada tahun depan.

Ding Duo, seorang peneliti di Institut Nasional Studi Laut China Selatan yang didukung oleh pemerintah China di Hainan, mengatakan perselisihan tentang penangkapan ikan mencerminkan perbedaan besar antara China dan Indonesia mengenai hak.

Baca Juga: Khusus di Natuna Jepang hibahkan kapal pengawas perikanan

"Indonesia meyakini pulau-pulau itu termasuk zona eksklusif ekonomi mereka, tetapi China mengatakan daerah itu adalah bagian dari daerah penangkapan ikan tradisional dan memiliki hak untuk menegaskan klaimnya," kata Ding.

Dia mengatakan para pemain di wilayah itu perlu menyepakati kode perilaku untuk menyelesaikan sengketa penangkapan ikan untuk memastikan mereka tidak meletus menjadi konflik yang lebih besar.

“Misalnya, harus ada pembatasan pada jumlah kapal penangkap ikan dan skala penangkapan di perairan yang disengketakan. Kegiatan penegakan hukum juga harus diatur,” kata Ding kepada South China Morning Post.

Baca Juga: Jokowi minta Jepang melanjutkan investasi di Natuna

"Kalau tidak, itu tidak hanya akan meningkatkan ketegangan tetapi juga meningkatkan sengketa penangkapan ikan normal menjadi masalah politik yang serius."

Masalah ini semakin penting karena berkurangnya stok di perairan dekat China dan meningkatnya permintaan domestik untuk makanan laut mendorong para nelayan China lebih jauh dari pantai.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×