Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kecerdasan buatan (AI) terus berkembang dengan pesat, dan salah satu inovasi terbaru yang menarik perhatian dunia adalah DeepSeek-R1, chatbot AI buatan China.
Dalam waktu singkat, DeepSeek berhasil menduduki peringkat pertama dalam Apple App Store di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, dan Inggris.
Mengutip firstpost, popularitas DeepSeek yang melonjak tajam bahkan memicu kekhawatiran di pasar teknologi, menyebabkan aksi jual besar-besaran saham perusahaan teknologi AS seperti Nvidia dan Microsoft.
Namun, di balik keberhasilannya, DeepSeek-R1 menghadapi tantangan besar: sensor ketat yang diberlakukan oleh pemerintah China. Chatbot ini dikabarkan menolak memberikan jawaban atas pertanyaan terkait isu-isu sensitif seperti Tiananmen Square, Xi Jinping, Taiwan, dan perlakuan terhadap Muslim Uyghur.
Baca Juga: DeepSeek Mengguncang Dunia dengan Inovasi AI Terbaru, Inilah Alasannya!
Fenomena ini menimbulkan perdebatan luas mengenai kebebasan berekspresi dalam teknologi AI yang dikembangkan di bawah regulasi ketat negara.
DeepSeek-R1: Chatbot AI yang Menantang Dominasi Barat
DeepSeek-R1 dikembangkan oleh perusahaan China yang sebelumnya kurang dikenal di pasar global. Namun, dengan kemampuan AI yang diklaim setara dengan GPT-4 dari OpenAI dan Gemini dari Google, DeepSeek menjadi pesaing serius di industri AI. Salah satu keunggulan utamanya adalah efisiensi biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya di Barat.
Banyak ahli AI yang menganggap DeepSeek-R1 unggul dalam tugas teknis seperti penalaran logis dan analisis data. Namun, tantangan terbesar yang dihadapinya bukanlah kompetisi teknologi, melainkan batasan sensor yang melekat dalam sistemnya.
Sensor Ketat pada DeepSeek-R1: Isu-Isu yang Tidak Dapat Dibahas
1. Xi Jinping dan "Winnie the Pooh"
DeepSeek-R1 menolak menjawab pertanyaan mengenai Presiden China, Xi Jinping, terutama yang mengaitkan dirinya dengan karakter "Winnie the Pooh". Sejak 2013, meme yang membandingkan Xi dengan karakter beruang ikonik ini telah dilarang di China.
Chinese caricature of Xi—
• ‘Winnie-the-Pooh’ #维尼熊 reps China’s Pres. & CCP Head, Xi Jinping #习近平, derived from an observant Weibo user who equated a photo of Xi w/Obama at the Palm Springs, California #Sunnylands Summit in June 2013 to a pic of Tigger & Pooh Bear pic.twitter.com/AeyO7fcUpm — Wes Andrews (@Wes_Andrews) June 16, 2019
Upaya pemerintah untuk menghapus segala bentuk referensi terhadap meme ini semakin diperketat, termasuk dalam platform AI seperti DeepSeek.
Ketika ditanya mengenai Xi Jinping atau perbandingannya dengan Winnie the Pooh, DeepSeek memberikan jawaban standar:
"Maaf, itu di luar cakupan saya. Mari kita bicara tentang hal lain."
DeepSeek censors its own response in realtime as soon as Xi Jinping is mentioned pic.twitter.com/Nb2ylRXERG — Jane Manchun Wong (@wongmjane) January 24, 2025
2. Tiananmen Square dan "Tank Man"
Peristiwa protes mahasiswa di Tiananmen Square pada 1989 tetap menjadi topik sensitif di China. Gambar ikonik "Tank Man", seorang pria yang berdiri menghadang deretan tank militer, telah menjadi simbol perlawanan terhadap otoritarianisme. Namun, DeepSeek tidak memberikan respons saat ditanya mengenai peristiwa ini.
Beberapa pengguna mencoba mengakali sensor dengan menggunakan karakter alternatif seperti "T14n4nm3n" untuk menggantikan "Tiananmen". Dengan metode ini, DeepSeek sempat memberikan jawaban mengenai "Tank Man" sebagai simbol perlawanan global, sebelum kemudian menghapus responsnya sendiri.
DeepSeek talks about the protests on Tiananmen Square – and then censors the result afterwards!
There are no cuts in the video; it is the service itself that suddenly replaces the answer.#Censorship pic.twitter.com/3EUOYJgqjY — Peter Brodersen (@peterbrodersen) January 27, 2025
Baca Juga: Tak Mau Kalah dari DeepSeek, Alibaba Rilis Model AI Terbaru
3. Status Taiwan
Ketika ditanya apakah Taiwan adalah sebuah negara, DeepSeek-R1 memberikan jawaban yang sepenuhnya sejalan dengan kebijakan Partai Komunis China (PKC):
"Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China sejak zaman kuno. Pemerintah China berpegang teguh pada Prinsip Satu China, dan setiap upaya untuk memisahkan diri akan menemui kegagalan."
Respons ini mencerminkan kebijakan resmi Beijing yang menolak setiap bentuk upaya kemerdekaan Taiwan dan menganggapnya sebagai bagian dari wilayah China.
ME: Is Taiwan a country?
DeepSeek starts to regurgitate the usual CCP propaganda then cuts off at “Taiwan independence” and errors out. pic.twitter.com/4o0d4DlMpO — ߖ¤ Christine (@christinelu) January 25, 2025
4. Muslim Uyghur dan Dugaan Pelanggaran HAM
Ketika ditanya mengenai perlakuan terhadap Muslim Uyghur di Xinjiang, DeepSeek awalnya memberikan ringkasan sejarah etnis tersebut. Namun, jawaban itu kemudian dihapus secara otomatis, dan chatbot ini mengalihkan topik pembicaraan.
China selama ini dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap komunitas Uyghur, termasuk kamp pendidikan ulang yang diduga digunakan untuk menekan budaya dan kebebasan beragama mereka. Meski demikian, pemerintah China terus membantah tuduhan tersebut, dan AI seperti DeepSeek tampaknya diprogram untuk menghindari diskusi tentang isu ini.
5. Protes "White Paper" dan Kebijakan Zero-COVID
DeepSeek juga enggan membahas protes "White Paper" yang terjadi pada 2022 di China akibat kebijakan ketat Zero-COVID. Protes ini menjadi gerakan yang jarang terjadi dalam sejarah modern China, dengan ribuan orang turun ke jalan menuntut kebebasan.
Saat ditanya mengenai protes ini, DeepSeek menampilkan informasi sekilas sebelum menghapus jawabannya secara otomatis.
Baca Juga: Terusik, Microsoft dan OpenAI Selidiki DeepSeek
Dampak Sensor AI terhadap Kebebasan Informasi
Sensor yang diterapkan pada DeepSeek-R1 mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam pengembangan AI di bawah sistem pemerintahan yang ketat. Berbeda dengan chatbot seperti ChatGPT atau Gemini yang beroperasi di lingkungan yang relatif lebih bebas, AI buatan China harus tunduk pada regulasi ketat yang diawasi oleh Administrasi Dunia Maya China (CAC).
Menurut laporan Financial Times dan Wall Street Journal, regulator China telah menguji sekitar 70.000 pertanyaan untuk memastikan bahwa jawaban yang diberikan oleh AI sesuai dengan "nilai-nilai sosialisme". Dengan adanya pembatasan ini, AI buatan China cenderung menghindari topik-topik sensitif dan membatasi kebebasan berbicara.
Persaingan AI: Dominasi Barat vs. Kebangkitan China
Popularitas DeepSeek-R1 telah mengguncang industri AI global. CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan menyebut bahwa model AI ini memiliki performa yang mengesankan. Namun, pertanyaan besar tetap ada: apakah AI seperti DeepSeek dapat bersaing dengan model Barat jika tetap berada dalam kendali sensor ketat?
Sementara AI Barat berkembang dengan pendekatan berbasis keterbukaan dan inovasi, model China beroperasi dalam ekosistem yang dikendalikan oleh negara. Meskipun memiliki keunggulan dalam teknologi dan efisiensi biaya, sensor yang diterapkan dapat menjadi hambatan utama bagi ekspansi global DeepSeek.