Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Seperti pemimpin Hamas lainnya, Meshaal telah bergulat dengan isu kritis apakah akan mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Israel dalam mengejar negara Palestina - piagam Hamas tahun 1988 menyerukan penghancuran Israel - atau terus berjuang.
Meshaal menolak gagasan perjanjian damai permanen dengan Israel. Akan tetapi dia mengatakan bahwa Hamas dapat menerima negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai solusi sementara dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang.
Serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel oleh militan yang dipimpin Hamas dari Gaza, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penculikan lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel, memperjelas prioritas kelompok militan tersebut.
Israel membalas dengan serangan udara dan invasi ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina.
Israel menjalankan kampanye untuk membasmi Hamas dan telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong pantai yang padat penduduk itu menjadi puing-puing.
Meshaal mengatakan serangan Hamas pada 7 Oktober telah mengembalikan perjuangan Palestina ke pusat agenda dunia.
Ia mendesak warga Arab dan Muslim untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel dan mengatakan hanya Palestina yang akan memutuskan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang saat ini berakhir.
Pernyataannya bertentangan dengan Israel dan Amerika Serikat yang ingin mengecualikan Hamas dari pemerintahan pascaperang.
Baca Juga: Pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh Tewas Sehari Setelah Hadiri Pelantikan Presiden Iran
Aktif sejak muda
Meshaal telah menjalani sebagian besar hidupnya di luar wilayah Palestina. Lahir di Silwad dekat kota Ramallah di Tepi Barat, Meshaal pindah sebagai anak laki-laki bersama keluarganya ke negara Teluk Arab Kuwait, tempat berkembangnya sentimen pro-Palestina.
Pada usia 15 tahun ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, kelompok Islamis tertua di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin berperan penting dalam pembentukan Hamas pada akhir tahun 1980-an selama pemberontakan Palestina pertama terhadap pendudukan Israel.
Meshaal menjadi guru sekolah sebelum beralih menjadi pelobi Hamas dari luar negeri selama bertahun-tahun. Sementara, para pemimpin kelompok lainnya mendekam dalam penjara Israel untuk waktu yang lama.
Meshaal bertanggung jawab atas penggalangan dana internasional di Yordania ketika ia berhasil lolos dari upaya pembunuhan.
Netanyahu memainkan peran yang tidak disengaja tetapi penting dalam membangun kredibilitas militan Meshaal ketika ia memerintahkan agen Mossad untuk membunuhnya pada tahun 1997 sebagai pembalasan.
Baca Juga: Pesan Amerika ke Israel: Jangan Bom Beirut