kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inilah Calon Kuat Pemimpin Baru Hamas, Pernah Selamat dari Upaya Pembunuhan Israel


Kamis, 01 Agustus 2024 / 06:59 WIB
Inilah Calon Kuat Pemimpin Baru Hamas, Pernah Selamat dari Upaya Pembunuhan Israel
ILUSTRASI. Khaled Meshaal diperkirakan akan menjadi pemimpin baru Hamas. REUTERS/Mohammed Salem


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - KAIRO. Khaled Meshaal, yang diperkirakan akan menjadi pemimpin baru Hamas, menjadi terkenal di seluruh dunia pada tahun 1997.

Ini terjadi setelah agen Israel menyuntiknya dengan racun dalam upaya pembunuhan yang gagal di sebuah jalan di luar kantornya di ibu kota Yordania, Amman.

Reuters memberitakan, serangan terhadap seorang tokoh senior utama kelompok militan Palestina, yang diperintahkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, sangat membuat Raja Hussein dari Yordania marah saat itu.

Sehingga ia berbicara tentang menggantung calon pembunuh dan membatalkan perjanjian damai Yordania dengan Israel kecuali penawarnya diserahkan.

Israel melakukannya. Israel juga setuju untuk membebaskan pemimpin Hamas Sheikh Ahmed Yassin, tetapi kemudian membunuhnya tujuh tahun kemudian di Gaza.

Bagi warga Israel dan negara-negara Barat, Hamas yang didukung Iran, adalah kelompok teroris yang bertekad menghancurkan Israel.

Bagi para pendukung Palestina, Meshaal dan seluruh pimpinan Hamas adalah pejuang pembebasan dari pendudukan Israel, yang terus memperjuangkan tujuan mereka saat diplomasi internasional telah gagal.

Meshaal, 68 tahun, menjadi pemimpin politik Hamas di pengasingan setahun sebelum Israel mencoba menyingkirkannya.

Ini jabatan yang memungkinkannya mewakili kelompok Islamis Palestina itu dalam pertemuan dengan pemerintah asing di seluruh dunia, tanpa hambatan pembatasan perjalanan ketat Israel yang memengaruhi pejabat Hamas lainnya.

Baca Juga: Ini Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Tewas di Iran

Sumber Hamas mengatakan, Meshaal diperkirakan akan dipilih sebagai pemimpin tertinggi kelompok itu untuk menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Iran pada dini hari Rabu.

Pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, yang berkantor pusat di Qatar dan telah memimpin negosiator Hamas dalam perundingan gencatan senjata Gaza secara tidak langsung dengan Israel, juga menjadi kemungkinan untuk menjadi pemimpin karena ia merupakan favorit Iran dan sekutunya di kawasan itu.

Hubungan Meshaal dengan Iran telah tegang karena dukungannya di masa lalu terhadap pemberontakan yang dipimpin Muslim Sunni pada tahun 2011 terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Israel telah membunuh atau mencoba membunuh beberapa pemimpin dan anggota Hamas sejak kelompok tersebut didirikan pada tahun 1987 selama pemberontakan Palestina pertama terhadap pendudukan Tepi Barat dan Gaza.

Meshaal telah menjadi tokoh utama di puncak Hamas sejak akhir tahun 1990-an, meskipun ia sebagian besar bekerja dari tempat yang relatif aman di pengasingan karena Israel berencana untuk membunuh tokoh-tokoh Hamas terkemuka lainnya yang tinggal di Jalur Gaza.

Setelah Yassin yang duduk di kursi roda tewas dalam serangan udara pada bulan Maret 2004, Israel membunuh penggantinya Abdel-Aziz Al-Rantissi di Gaza sebulan kemudian, dan Meshaal mengambil alih kepemimpinan Hamas secara keseluruhan.

Baca Juga: Warga Palestina Tepi Barat: Terbunuhnya Haniyeh Tidak Pengaruhi Perlawanan ke Israel

Seperti pemimpin Hamas lainnya, Meshaal telah bergulat dengan isu kritis apakah akan mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Israel dalam mengejar negara Palestina - piagam Hamas tahun 1988 menyerukan penghancuran Israel - atau terus berjuang.

Meshaal menolak gagasan perjanjian damai permanen dengan Israel. Akan tetapi dia mengatakan bahwa Hamas dapat menerima negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai solusi sementara dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang.

Serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel oleh militan yang dipimpin Hamas dari Gaza, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penculikan lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel, memperjelas prioritas kelompok militan tersebut.

Israel membalas dengan serangan udara dan invasi ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina.

Israel menjalankan kampanye untuk membasmi Hamas dan telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong pantai yang padat penduduk itu menjadi puing-puing.

Meshaal mengatakan serangan Hamas pada 7 Oktober telah mengembalikan perjuangan Palestina ke pusat agenda dunia.

Ia mendesak warga Arab dan Muslim untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel dan mengatakan hanya Palestina yang akan memutuskan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang saat ini berakhir.

Pernyataannya bertentangan dengan Israel dan Amerika Serikat yang ingin mengecualikan Hamas dari pemerintahan pascaperang.

Baca Juga: Pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh Tewas Sehari Setelah Hadiri Pelantikan Presiden Iran

Aktif sejak muda

Meshaal telah menjalani sebagian besar hidupnya di luar wilayah Palestina. Lahir di Silwad dekat kota Ramallah di Tepi Barat, Meshaal pindah sebagai anak laki-laki bersama keluarganya ke negara Teluk Arab Kuwait, tempat berkembangnya sentimen pro-Palestina.

Pada usia 15 tahun ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, kelompok Islamis tertua di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin berperan penting dalam pembentukan Hamas pada akhir tahun 1980-an selama pemberontakan Palestina pertama terhadap pendudukan Israel.

Meshaal menjadi guru sekolah sebelum beralih menjadi pelobi Hamas dari luar negeri selama bertahun-tahun. Sementara, para pemimpin kelompok lainnya mendekam dalam penjara Israel untuk waktu yang lama.

Meshaal bertanggung jawab atas penggalangan dana internasional di Yordania ketika ia berhasil lolos dari upaya pembunuhan.

Netanyahu memainkan peran yang tidak disengaja tetapi penting dalam membangun kredibilitas militan Meshaal ketika ia memerintahkan agen Mossad untuk membunuhnya pada tahun 1997 sebagai pembalasan. 

Baca Juga: Pesan Amerika ke Israel: Jangan Bom Beirut

Tersangka pembunuh ditangkap oleh polisi Yordania setelah Meshaal disuntik racun di jalan. Netanyahu, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri untuk pertama kalinya, dipaksa menyerahkan penawar racun, dan insiden itu mengubah Meshaal menjadi pahlawan perlawanan Palestina.

Yordania akhirnya menutup kantor Hamas di Amman dan mengusir Meshaal ke negara Teluk Qatar. Ia pindah ke Suriah pada tahun 2001.

Meshaal memimpin Hamas, sebuah gerakan Muslim Sunni, dari pengasingannya di Damaskus pada tahun 2004 hingga Januari 2012 ketika ia meninggalkan ibu kota Suriah karena tindakan keras Presiden Assad terhadap warga Sunni yang terlibat dalam pemberontakan terhadapnya. Meshaal sekarang membagi waktunya antara Doha dan Kairo.

Kepergiannya yang tiba-tiba dari Suriah awalnya melemahkan posisinya di dalam Hamas, karena hubungan dengan Damaskus dan Teheran, yang sangat penting bagi kelompok itu, memberinya kekuasaan. 

Pada bulan Desember 2012, Meshaal melakukan kunjungan pertamanya ke Jalur Gaza dan menyampaikan pidato utama pada rapat umum ulang tahun Hamas ke-25. Dia belum mengunjungi wilayah Palestina tersebut sejak meninggalkan Tepi Barat pada usia 11 tahun.

Saat berada di luar negeri, Hamas menegaskan dirinya atas pesaing sekulernya, Otoritas Palestina yang didukung Barat, yang terbuka untuk merundingkan perdamaian dengan Israel, dengan merebut kendali Gaza dari PA dalam perang saudara singkat tahun 2007.

Gesekan antara Meshaal dan pimpinan Hamas yang bermarkas di Gaza muncul atas upayanya untuk mendorong rekonsiliasi dengan Presiden Mahmoud Abbas, yang mengepalai Otoritas Palestina.

Meshaal kemudian mengumumkan bahwa ia ingin mengundurkan diri sebagai pemimpin karena ketegangan tersebut dan pada tahun 2017 digantikan oleh wakilnya di Gaza, Haniyeh, yang terpilih untuk mengepalai kantor politik kelompok tersebut, yang juga beroperasi di luar negeri.

Pada tahun 2021, Meshaal terpilih untuk mengepalai kantor Hamas di diaspora Palestina.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×