kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah sosok Masayoshi Son yang berusaha menggoyang masa depan nuklir Jepang


Rabu, 15 Juni 2011 / 11:23 WIB
Inilah sosok Masayoshi Son yang berusaha menggoyang masa depan nuklir Jepang
ILUSTRASI. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil


Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini

TOKYO. Jepang harus bangkit. Apa pun cara yang harus ditempuh, negara ini semestinya bisa menjalankan perekonomian seperti sedia kala, sebelum gempa menghantam dan memorak-porandakan negeri itu.

Krisis nuklir terparah dalam 25 tahun di Jepang yang timbul akibat goyangan gempa dahsyat itu membuat radiasi nuklir menyebar hingga lebih dari 600 square kilometer di timur laut Jepang.

Di tengah seluruh pemangku kepentingan di Jepang mendapat tekanan luar biasa untuk keluar dari krisis nuklir yang mengkhawatirkan, ternyata Masayoshi Son, miliuner yang juga menjadi orang terkaya di Jepang, memiliki rencana sendiri.

Pria yang menjabat sebagai CEO Softbank Corp ini berencana menggantikan masa depan pembangkit nuklir Jepang dengan membangun kompleks pembangkit listrik tenaga matahari. Nantinya pembangkit tenaga surya ini akan berfungsi sebagai sumber tenaga listrik paling tidak bagi 33 prefektur dari 47 prefektur di Jepang.

Saat ini, pria berumur 53 tahun ini sedang meminta izin untuk mendapatkan akses jaringan transmisi dan meneken perjanjian untuk kepastian pembelian listrik yang akan ia alirkan dari pembangkit tenaga surya miliknya.

"Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana rakyat Jepang bisa bertahan, ketika sumber energi dari pembangkit nuklir sudah terpangkas. Harus ada desain bisnis tenaga listrik untuk orang-orang yang telah memulai mengembangkan pembangkit tenaga surya ini," ujarnya dalam sebuah pertemuan dengan pemerintah Jepang.

Untuk rencananya ini, Son meminta izin penggunaan tanah menganggur seluas 540.000 hektare (ha). Son belum bersedia berbicara banyak untuk rencananya ini, karena alasannya rencananya ini masih sangat prematur.

Rekam jejak pria berusia 53 tahun ini sebagai pebisnis tak diragukan lagi. Pada masa lalu ia memonopoli industri telekomunikasi dengan mendirikan perusahaan telekomunikasi. "Sepuluh tahun lalu bisnis telekomunikasi butuh biaya investasi besar, tapi Son berani masuk dan dia tahu apa yang akan sukses di masa depan," ujar Amir Anvarzadeh, Senior Salesman BGC Partners Inc di Singapura.





TERBARU

[X]
×