kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.424   4,00   0,02%
  • IDX 7.142   47,19   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,49   1,02%
  • LQ45 812   9,07   1,13%
  • ISSI 224   1,12   0,50%
  • IDX30 424   4,17   0,99%
  • IDXHIDIV20 503   1,59   0,32%
  • IDX80 117   1,29   1,12%
  • IDXV30 119   0,11   0,09%
  • IDXQ30 139   1,18   0,86%

Iran Hadapi AS Tanpa Rencana Cadangan dalam Ketegangan Nuklir


Rabu, 21 Mei 2025 / 06:15 WIB
Iran Hadapi AS Tanpa Rencana Cadangan dalam Ketegangan Nuklir
ILUSTRASI. Para peserta memegang bendera dari Iran dan Amerika Serikat saat orang-orang Iran Amerika dari seluruh California berkumpul di Los Angeles untuk berpartisipasi dalam Konvensi California untuk Iran yang Bebas dan untuk menyatakan dukungan atas protes nasional di Iran dari Los Angeles, California, AS, 11 Januari 2020.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

Sejak 2018, puluhan lembaga penting Iran termasuk bank sentral dan perusahaan minyak nasional dikenai sanksi karena dituduh mendukung terorisme atau penyebaran senjata.

Sherman menambahkan bahwa jika negosiasi gagal, Iran kemungkinan besar akan terus menghindari sanksi dan menjual minyak, terutama ke China, serta mungkin ke India dan negara-negara lain.

Meski China menjadi pembeli utama minyak Iran, tekanan dari pemerintahan Trump terhadap entitas perdagangan dan kapal tanker China membahayakan ekspor tersebut.

Baca Juga: Iran dan AS Lanjutkan Perundingan Nuklir di Tengah Batas Merah yang Bertolak Belakang

Analis memperingatkan bahwa dukungan China dan Rusia memiliki batas, karena Beijing menginginkan diskon besar dan berupaya menurunkan harga seiring pelemahan permintaan global.

Jika negosiasi tidak membuahkan hasil, baik China maupun Rusia tidak akan mampu melindungi Iran dari sanksi sepihak AS dan Uni Eropa.

Prancis, Inggris, dan Jerman juga telah memperingatkan bahwa mereka dapat memberlakukan kembali sanksi PBB jika tidak ada kesepakatan dalam waktu dekat.

Berdasarkan resolusi PBB tahun 2015, ketiga negara Eropa tersebut memiliki waktu hingga 18 Oktober untuk mengaktifkan "mekanisme snapback" sebelum masa berlaku resolusi berakhir.

Baca Juga: Negosiasi Nuklir AS-Iran: Trump Klaim Kesepakatan Kian Dekat!

Menurut dokumen yang diperoleh Reuters dan pernyataan sejumlah diplomat, negara-negara E3 dapat mengaktifkan mekanisme tersebut pada bulan Agustus jika belum tercapai kesepakatan substantif saat itu.

Seorang pejabat senior Eropa menambahkan, "Tidak ada alasan untuk mengira ini akan memakan waktu lebih sedikit dibandingkan 18 bulan pada tahun 2013 terutama ketika parameter dan situasi geopolitik sekarang lebih rumit."

Selanjutnya: Petrindo Jaya (CUAN) akan Stock Split, Intip Prospek Sahamnya

Menarik Dibaca: 6 Olahraga yang Paling Cepat Membakar Kalori Termasuk Jalan Kaki




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×