Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - DAVOS. Iran menyampaikan pesan yang bersifat menenangkan kepada para pemimpin Barat di Davos pada 22 Januari 2025.
Seorang pejabat tinggi Iran menyangkal bahwa negaranya menginginkan senjata nuklir dan menawarkan peluang perundingan.
Hal tersebut diutarakan beberapa hari setelah musuh bebuyutannya, Donald Trump, kembali ke Gedung Putih.
Namun, mengutip Reuters, pernyataan dari Wakil Presiden Iran untuk Urusan Strategis Mohammad Javad Zarif bertepatan dengan dikeluarkannya peringatan dari pengawas nuklir PBB bahwa Teheran semakin "menekan pedal gas" dalam memperkaya uranium hingga mendekati tingkat senjata.
Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi telah menyerukan diplomasi antara Iran dan Trump, yang dalam masa jabatan pertamanya, menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir yang telah memberlakukan batasan ketat pada aktivitas atom Iran.
Ketika ditanya seberapa penting dialog antara Teheran dan Trump saat ini, Grossi menjawab di Davos: "Benar-benar sangat diperlukan."
"Tanpa dialog mereka, tidak akan ada kemajuan," katanya, selama diskusi panel media.
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump Tetapkan Houthi Yaman sebagai Organisasi Teroris Asing
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa Iran harus mengambil langkah pertama untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara di Timur Tengah dan AS dengan menjelaskan bahwa Iran tidak bermaksud mengembangkan senjata nuklir.
Pernyataan Zarif tampaknya ditujukan untuk meredakan kekhawatiran tersebut, di tengah kekhawatiran bahwa Timur Tengah akan dilanda perang lagi dengan kembalinya seorang presiden AS yang, selama pemerintahan pertamanya, menganggap Teheran sebagai penjahat utama kebijakan luar negerinya.
Maju terus
Zarif menepis gagasan bahwa Teheran berupaya mengembangkan senjata nuklir. Dia mengisyaratkan dukungannya terhadap gagasan perundingan untuk memperbaiki hubungan antara Iran dan para pengkritiknya di Barat.
"Selalu ada harapan bahwa orang akan memilih rasionalitas. Saya berharap kali ini, 'Trump 2' akan lebih serius, lebih fokus, lebih realistis,” kata Zarif kepada sebuah panel, seraya menambahkan bahwa Republik Islam tidak menimbulkan ancaman keamanan bagi dunia.
Baca Juga: Ingat Kembali Deretan Kebijakan Luar Negeri Donald Trump di Periode Pertamanya