Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dalam serangkaian tuduhan yang ditujukan kepadanya, mantan penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump, John Bolton, mengatakan pada hari Rabu bahwa Trump meminta bantuan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan kembali dalam pertemuan tertutup Juni 2019.
Melansir Reuters, Bolton, yang dipecat Trump pada September setelah 17 bulan di pekerjaan Gedung Putih, juga mengatakan bahwa presiden AS telah menyatakan keinginan untuk menghentikan penyelidikan kriminal untuk memberikan bantuan pribadi kepada diktator yang disukainya. Hal itu dikutip dari laporan New York Times.
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.
Baca Juga: Ancaman Trump untuk menarik pasukannya dari Jerman bisa jadi bencana bagi NATO
Tuduhan itu merupakan bagian dari sebuah buku di mana pemerintah AS tengah berupaya keras untuk memblokirnya dari penerbitan. Alasannya, buku itu berisi informasi rahasia dan akan membahayakan keamanan nasional. Kutipan dari buku berjudul “The Room Where It Happened: A White House Memoir” diterbitkan di Wall Street Journal, New York Times, dan Washington Post.
Reuters memberitakan, baru empat bulan yang lalu, Senat yang dikuasai Partai Republik memilih untuk membebaskan Trump atas tuduhan yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin Demokrat terkait dari transaksi dengan Ukraina. Ini merupakan kejadian ketiga kalinya dalam sejarah AS bahwa seorang presiden telah dimakzulkan.
Baca Juga: Popularitas Trump turun ke level terendah, Biden unggul 13 poin
Tuduhan Bolton memberikan amunisi baru kepada para kritikus sebelum pemilihan presiden AS yang akan berlangsung 3 November mendatang, termasuk percakapan di balik layar Trump dengan Xi, yang dalam satu kasus menyinggung topik pemungutan suara AS.
"Trump kemudian, secara menakjubkan, mengalihkan pembicaraan ke pemilihan presiden AS mendatang, menyinggung kemampuan ekonomi China dan memohon kepada Xi untuk memastikan dia menang," tulis Bolton, seperti yang dikutip dari bukunya yang diterbitkan di Wall Street Journal.
Dituliskan pula, "Dia menekankan pentingnya petani dan meningkatkan pembelian kedelai dan gandum China dalam hasil pemilu."
Baca Juga: Trump Teken Perintah Eksekutif Reformasi Kepolisian
Bolton mengatakan bahwa Demokrat salah dalam penyelidikan impeachment mereka dengan hanya berfokus pada Ukraina, mengingat apa yang dia katakan adalah jumlah percakapan yang tak terhitung banyaknya di mana Trump menunjukkan "perilaku fundamental yang tidak dapat diterima yang mengikis legitimasi kepresidenan."
"Seandainya mereka meluangkan waktu untuk bertanya lebih sistematis tentang perilaku Trump di seluruh kebijakan luar negerinya, hasil impeachment mungkin berbeda," tulis Bolton dalam Wall Street Journal.
Menyerang Venezuela
Dalam kutipan yang diterbitkan di Washington Post, Bolton menulis bahwa Trump mengatakan menyerang Venezuela akan "keren" dan itu "negara itu merupakan bagian dari Amerika Serikat".
Baca Juga: Pemilu AS bakal digelar November 2020, siapa kandidat yang jadi favorit investor?
Pemerintah AS secara terbuka mengatakan tidak mendukung penggunaan kekuatan untuk menggulingkan Presiden sosialis Venezuela Nicolas Maduro.
Buku ini juga mengungkap pandangan buram para penasihat Trump tentang dirinya. Selama pertemuan 2018 dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Bolton mengatakan ia mendapat catatan dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang mengejek Trump.
Baca Juga: Dari waktu ke waktu, ini sejumlah aksi Korut yang bikin Amerika sakit kepala
"Dia sangat penuh omong kosong," kata catatan itu, menurut kutipan Bolton di Washington Post.
Baca Juga: Trump Tuding Jerman Nakal terhadap NATO dan Umumkan Tarik Pasukan AS
Meskipun Trump secara terbuka kritis terhadap jurnalis, buku Bolton mengutip presiden AS membuat beberapa pernyataannya yang paling mengkhawatirkan hingga saat ini. Dalam pertemuan musim panas 2019 di New Jersey, Trump diduga mengatakan wartawan harus dipenjara sehingga mereka harus membocorkan sumber mereka: “Orang-orang ini harus dieksekusi. Mereka adalah sampah,” menurut kutipan lain di Post.