kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   -12.000   -0,82%
  • USD/IDR 15.190   15,00   0,10%
  • IDX 7.778   2,76   0,04%
  • KOMPAS100 1.211   -0,08   -0,01%
  • LQ45 985   0,16   0,02%
  • ISSI 229   -0,19   -0,08%
  • IDX30 505   0,76   0,15%
  • IDXHIDIV20 610   0,72   0,12%
  • IDX80 138   0,14   0,10%
  • IDXV30 143   1,44   1,02%
  • IDXQ30 169   0,14   0,08%

Israel Bunuh Komandan Hezbollah Ibrahim Qubaisi dalam Serangan Udara di Beirut


Selasa, 24 September 2024 / 22:57 WIB
Israel Bunuh Komandan Hezbollah Ibrahim Qubaisi dalam Serangan Udara di Beirut
ILUSTRASI. Reruntuhan akibat serangan Israel di Beirut Lebanon. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIRUT/JERUSALEM. Serangan udara Israel di Beirut menewaskan seorang komandan senior Hezbollah, Ibrahim Qubaisi pada Selasa (24/9).

Di tengah peningkatan serangan roket lintas perbatasan antara kedua belah pihak, picu kekhawatiran akan perang besar di Timur Tengah.

Militer Israel menyatakan, serangan di ibu kota Lebanon itu menargetkan Qubaisi, yang mereka sebut sebagai komandan pasukan roket dan misil Hezbollah.

Dua sumber keamanan di Lebanon menggambarkannya sebagai tokoh terkemuka dalam divisi roket kelompok yang didukung Iran tersebut.

Serangan ini menambah tekanan pada Hezbollah setelah serangkaian kekalahan yang dialaminya dari Israel selama seminggu terakhir.

Baca Juga: Israel dan Hezbollah Saling Serang, Picu Kekhawatiran Meluasnya Konflik Timur Tengah

Israel kemudian mengonfirmasi bahwa mereka sedang melancarkan serangan luas terhadap target-target Hezbollah.

Meningkatnya tekanan pada Hezbollah memicu kekhawatiran bahwa konflik yang telah berlangsung hampir setahun ini dapat meledak dan mengguncang kawasan penghasil minyak Timur Tengah, di mana perang antara Hamas dan Israel juga masih berlangsung di Gaza.

Israel kini mengalihkan fokus dari Gaza ke perbatasan utara, di mana Hezbollah telah menembakkan roket ke Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas, yang juga didukung oleh Iran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan terus menggempur target-target Hezbollah dan mendesak warga Lebanon untuk melepaskan diri dari kendali pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah.

“Siapa pun yang menyimpan misil di ruang tamu mereka dan roket di garasi mereka tidak akan lagi memiliki rumah,” kata Netanyahu dalam pernyataan di sebuah pangkalan militer yang tidak diungkapkan lokasinya, setelah militer mengatakan mereka menemukan amunisi di rumah-rumah warga.

“Perang kita bukan dengan kalian, tetapi dengan Hezbollah. Nasrallah membawa kalian menuju jurang kehancuran... Lepaskan diri kalian dari kendali Nasrallah, demi kebaikan kalian sendiri.”

Baca Juga: China Menyatakan Dukungan Terhadap Lebanon yang Terus Diserang Israel

Israel menuduh Hezbollah menyembunyikan senjatanya di rumah-rumah warga dan desa-desa di Lebanon, tuduhan yang dibantah oleh Hezbollah.

Perang yang Sangat Sulit

Israel kembali menyerang daerah yang dikuasai Hezbollah di Beirut untuk hari kedua berturut-turut setelah meluncurkan gelombang baru serangan udara di Lebanon.

Hezbollah menyatakan telah menembakkan roket ke Israel utara sebelumnya pada hari Selasa.

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya enam orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan pada sebuah gedung di kawasan Ghobeiry, Beirut.

Pemerintah Israel telah menjadikan pengamanan perbatasan utara dan pemulangan penduduk di sana sebagai prioritas perang, menyiapkan diri untuk konflik Panjang.

Sementara Hezbollah bersumpah tidak akan mundur sampai gencatan senjata tercapai di Gaza.

Pihak berwenang Lebanon menyebutkan 558 orang tewas dalam serangan udara pada hari Senin, termasuk 50 anak-anak dan 94 perempuan. Selain itu, 1.835 orang terluka, dan puluhan ribu lainnya melarikan diri demi keselamatan.

Baca Juga: AS Kirim Pasukan Tambahan ke Timur Tengah Menyusul Konflik Israel-Lebanon

"Kami merasa seperti sedang berada dalam perang, perang yang sangat sulit," kata Rima Ali Chahine (50), di sebuah tempat penampungan darurat untuk orang-orang yang mengungsi di sebuah kampus di Beirut.

“Mungkin perjalanan kami tidak memakan waktu lama di jalan, tetapi ada keluarga-keluarga yang baru tiba setelah terjebak di jalan selama 15 atau 16 jam.”

Jumlah korban dan intensitas serangan oleh militer terkuat dan paling canggih di Timur Tengah ini menyebarkan kepanikan di Lebanon, tetapi juga memicu tekad di antara warga yang mengingat perang Israel-Hezbollah yang menghancurkan pada tahun 2006.

“Kami menunggu kemenangan, Insya Allah, karena selama kita punya tetangga seperti Israel, kita tidak bisa tidur dengan aman,” kata warga Beirut, Hassan Omar.

Seruan untuk Diplomasi

Seruan untuk diplomasi semakin meningkat seiring memburuknya konflik, dengan kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mendesak semua negara dan aktor berpengaruh untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Lebanon.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada MSNBC bahwa dia yakin "masih ada jalan menuju" de-eskalasi dan solusi diplomatik.

Baca Juga: Pejabat Uni Eropa: Eskalasi Israel vs Hezbollah Selangkah dari Perang Skala Penuh!

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, meminta "semua pihak untuk menjauh dari jurang" dan menahan diri.

Pertempuran ini memicu kekhawatiran bahwa Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, dan kekuatan regional Iran, yang memiliki sekutu di seluruh Timur Tengah – Hezbollah, Houthi di Yaman, dan kelompok bersenjata di Irak – akan terlibat dalam perang yang lebih luas.

Hezbollah mengalami kerugian besar minggu lalu ketika ribuan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh anggotanya meledak.

Operasi ini dituding dilakukan oleh Israel, yang memiliki sejarah panjang serangan canggih di wilayah asing. Israel belum mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya.

Kecanggihan intelijen dan teknologi Israel memberikannya keunggulan kuat di Lebanon dan Gaza. Israel telah berhasil melacak dan membunuh komandan-komandan senior Hezbollah dan pemimpin Hamas.

Namun, Hezbollah telah menunjukkan ketangguhannya selama puluhan tahun konflik dengan Israel. Kelompok ini, yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 untuk melawan invasi Israel ke Lebanon, dianggap sebagai musuh yang lebih tangguh daripada Hamas.

Hezbollah menggunakan roket baru, Fadi 3, dalam serangan terhadap pangkalan militer Israel, kata kelompok tersebut dalam pesan yang diposting di Telegram pada hari Selasa.

Baca Juga: Sektor Teknologi Israel Tetap Tangguh, Tapi Hadapi Ketidakpastian Pendanaan

Kantor media Hezbollah juga menyatakan bahwa Israel telah menjatuhkan selebaran dengan barcode "sangat berbahaya" di Lembah Bekaa timur Lebanon, memperingatkan bahwa pemindaian dengan ponsel akan "menarik semua informasi" dari perangkat mana pun.

Tidak ada komentar segera dari militer Israel.

Stasiun televisi Pan-Arab, Al-Mayadeen, melaporkan bahwa seorang jurnalis yang bekerja di situs web stasiun tersebut, Hadi al-Sayyed, tewas dalam serangan Israel di kampung halamannya pada hari Senin.

Jumlah jurnalis yang tewas di Lebanon sejak Oktober mencapai empat orang, termasuk dua jurnalis Al-Mayadeen lainnya yang tewas pada November lalu dan jurnalis visual Reuters, Issam Abdallah, yang tewas akibat tembakan tank Israel pada Oktober lalu.

Selanjutnya: PNM Bawa AO Mekaar Jadi Pembicara di Hungaria

Menarik Dibaca: Fitur iOS 18 yang Jadi Favorit Pengguna iPhone dan Dinilai Berguna




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP)

[X]
×