Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selasa, 9 September 2025, ibu kota Qatar, Doha, diguncang ledakan besar setelah Israel melancarkan serangan rudal yang diklaim menargetkan para pemimpin senior Hamas, termasuk negosiator yang tengah membahas proposal gencatan senjata di Gaza.
Ledakan terdengar sekitar pukul 15.00 waktu setempat, dengan asap hitam membumbung di atas kawasan West Bay Lagoon, area yang dikenal sebagai pusat diplomatik, tempat tinggal ekspatriat, serta lokasi sekolah dan fasilitas publik.
Israel kemudian mengonfirmasi serangan tersebut, menyebut targetnya adalah kompleks yang diyakini sebagai markas politik Hamas. Ini merupakan serangan pertama Israel ke Qatar, negara yang selama dua tahun terakhir menjadi mediator utama dalam negosiasi Israel–Hamas.
Korban Jiwa dan Kerusakan
Menurut Hamas, serangan itu menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk Humam al-Hayya, putra dari pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, serta salah satu ajudan dekatnya. Tiga pengawal pribadi juga dilaporkan hilang.
Kementerian Dalam Negeri Qatar memastikan seorang pejabat keamanan Qatar tewas dan beberapa lainnya terluka. Tim khusus dari kepolisian dan unit penjinak bom masih melakukan investigasi di lokasi.
Baca Juga: Israel Serang Qatar, Trump: Itu Keputusan Netanyahu Sendiri
Meski demikian, Qatar Airways menegaskan bahwa operasional penerbangan tidak terganggu dan situasi bandara tetap aman.
Reaksi Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz menyatakan operasi ini dilakukan sepenuhnya oleh Israel, tanpa dukungan pihak lain. Menurut mereka, serangan itu sah karena ditujukan kepada pimpinan Hamas yang dianggap bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023 dan aksi-aksi lanjutan terhadap warga Israel.
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, bahkan memuji operasi tersebut dan menyebutnya sebagai keberhasilan militer.
Sikap Hamas
Hamas mengecam keras serangan itu, menyebutnya sebagai upaya sabotase terhadap negosiasi gencatan senjata yang tengah difasilitasi Qatar dan Amerika Serikat.
Pejabat Hamas, Suhail al-Hindi, menegaskan bahwa kepemimpinan utama kelompok tersebut selamat dari serangan, namun menyebut setiap korban jiwa sebagai kehilangan besar.
Kecaman Qatar dan Dunia Internasional
Qatar merespons tegas dengan menyebut serangan itu sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan kedaulatan negara”. Jubir Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menegaskan pihaknya tidak akan menoleransi perilaku Israel yang dianggap merusak keamanan kawasan.
Kecaman juga datang dari berbagai penjuru dunia:
-
Arab Saudi: Menyebut serangan itu sebagai agresi brutal dan memperingatkan konsekuensi serius.
-
Turkiye: Menilai Israel tidak berniat mencapai perdamaian dan justru ingin melanjutkan perang.
-
Uni Emirat Arab: Menyebut serangan sebagai tindakan pengecut dan terang-terangan.
-
Iran & Pakistan: Menyebutnya pelanggaran kedaulatan dan provokasi berbahaya.
-
PBB: Sekjen Antonio Guterres mengecam serangan sebagai pelanggaran terhadap integritas wilayah Qatar.
-
Prancis: Presiden Emmanuel Macron menyatakan serangan itu “tidak dapat diterima” dan memperingatkan agar perang tidak meluas ke kawasan lain.
-
Inggris: Menyerukan agar kekerasan tidak semakin eskalatif dan menegaskan tidak mengetahui sebelumnya soal serangan tersebut.
Baca Juga: Perdana Menteri Qatar Tegaskan Peran Mediasi Meski Diterpa Serangan Israel
Selain itu, Mesir, Kuwait, Yordania, Irak, Suriah, Maladewa, Lebanon, Maroko, Aljazair, dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) juga menyampaikan solidaritas dengan Qatar.
Dampak Regional dan Potensi Eskalasi
Serangan ini menjadi titik balik yang berbahaya dalam konflik Timur Tengah. Qatar selama ini dipandang sebagai mediator penting antara Israel, Hamas, dan Amerika Serikat dalam upaya mencari jalan damai di Gaza.
Namun, dengan adanya serangan langsung ke Doha, banyak pengamat menilai kepercayaan terhadap proses mediasi bisa runtuh dan konflik berpotensi meluas ke negara-negara Teluk.