Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
"Hal ini membuat bank sentral semakin sulit untuk membenarkan kenaikan suku bunga, terutama serangkaian kenaikan," sambunya.
Menteri Perekonomian Jepang Yoshitaka Shindo menekankan perlunya mencapai pertumbuhan upah yang kuat untuk mendukung konsumsi, yang disebutnya sebagai "kurangnya momentum" karena kenaikan harga.
"Kami percaya bahwa Bank of Japan mempertimbangkan berbagai data dengan cermat, termasuk konsumsi, dan risiko-risiko terhadap ekonomi dalam menetapkan kebijakan moneter," katanya dalam konferensi pers setelah rilis data tersebut, ketika ditanya tentang dampaknya terhadap kebijakan Bank of Japan.
Baca Juga: Investasi Reksadana Diprediksi Prospektif pada 2024, Tengok Sentimennya Berikut Ini
Yen stabil setelah data tersebut dirilis dan terakhir berada di 150,22 per dolar, berada di dekat level terendah tiga bulan yang dicapai pada awal minggu.
Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang turun setelah rilis data karena beberapa pedagang menolak spekulasi tentang perubahan kebijakan Bank of Japan lebih awal. Imbal hasil acuan 10-tahun turun 4 basis poin menjadi 0,715%.
Nikkei rata-rata saham yang menguat ke level tertinggi dalam 34 tahun, didukung oleh data lebih lanjut yang mendukung jaminan baru-baru ini dari Bank of Japan bahwa biaya pinjaman akan tetap rendah bahkan setelah mengakhiri suku bunga negatif.
Baca Juga: Produksi Industri Jerman Merosot
"Permintaan domestik yang lemah membuat sulit bagi Bank of Japan untuk melakukan pengetatan moneter," kata Naomi Muguruma, kepala strategi obligasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. "Rintangan untuk mengakhiri suku bunga negatif pada bulan Maret telah meningkat."
PDB nominal Jepang mencapai $4,21 triliun pada tahun 2023, turun di bawah $4,46 triliun sehingga Jerman menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia, menurut data.