Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Jerman telah mengerahkan pesawat nirawak siluman bawah air bernama “Blue Whale” alias "Paus Biru" untuk berpatroli di Laut Baltik. Ini merupakan dalam upaya terbaru Jerman untuk menghadapi aksi abotase Rusia dan Tiongkok.
Melansir Reuters, ketika ketegangan meningkat atas pemotongan kabel bawah laut di wilayah Baltik, angkatan laut Jerman telah menguji peluncuran kapal selam otonom untuk melakukan pengawasan laut dalam.
Pesawat nirawak, yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Israel Elta, juga dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengejar kapal yang mencurigakan, dan untuk menemukan ranjau.
Menurut Elta, Blue Whale seberat lima ton dapat melaju dengan kecepatan 8mph, menyelam hingga hampir 300 meter dan berfungsi di bawah air selama beberapa minggu.
Menurut produsennya, drone ini dapat digunakan untuk "meningkatkan operasi angkatan laut dengan tingkat kerahasiaan dan ketepatan data yang belum pernah ada sebelumnya".
Desain yang rumit ini mencakup "Synthetic Aperture Sonar" untuk menangkap gambar dasar laut beresolusi tinggi dan mendeteksi ranjau, serta "Flank Array Sonar" untuk mendeteksi kapal lain.
Baca Juga: Taiwan Siap Kerahkan Angkatan Laut Terkait Aktivitas Mencurigakan di Kabel Bawah Laut
Untuk mendukung pasukan khusus dalam misi pengintaian, drone ini juga dilengkapi dengan teknologi komunikasi "Loyal Submarine Wingman" dan dengan panjang 36 kaki dikatakan "mudah diangkut" dalam kontainer pengiriman berukuran 40 kaki.
Jan Christian Kaack, komandan angkatan laut Jerman, mengatakan bahwa drone seperti Blue Whale akan digunakan untuk menghadapi senjata berperforma tinggi dari musuh potensial, termasuk beberapa yang sangat sulit untuk dipertahankan.
Jerman, bersama dengan negara-negara Nordik dan Baltik, semakin khawatir tentang aktivitas Rusia dan Tiongkok di wilayah Laut Baltik.
November lalu, dua kabel serat optik bawah laut yang membentang antara Finlandia dan Jerman terputus, dan dugaan mengarah pada kapal Tiongkok yang berada di area tersebut pada saat kejadian.
Dalam kasus serupa pada Oktober 2023, sebuah kapal kontainer Tiongkok merusak jaringan pipa gas utama Eropa, Balticconnector, yang menyebabkan lonjakan harga gas.
Baca Juga: AS Perketat Sanksi Minyak Rusia, Tiongkok dan India Putar Otak Cari Pasokan Baru
Pemerintah Tiongkok mengklaim kerusakan itu tidak sengaja disebabkan oleh kapten yang menyeret jangkarnya di sepanjang dasar laut, klaim yang digambarkan oleh menteri pertahanan Estonia saat itu sebagai hal yang sulit dipahami.
Pejabat Barat menduga bahwa dalam kedua kasus tersebut kerusakan mungkin disebabkan secara sengaja oleh kapal-kapal Tiongkok yang mengatasnamakan dinas intelijen Rusia.
Sejak invasi Ukraina, Rusia telah melancarkan apa yang disebut kampanye perang hibrida di Eropa sebagai balasan atas dukungan militer Barat terhadap Ukraina.
Ini melibatkan penargetan infrastruktur penting, seperti kabel bawah laut, serta pabrik dan aset lain di tanah UE yang penting bagi upaya perang.
Rusia juga diduga merencanakan untuk membunuh kepala eksekutif Rheinmetall, perusahaan senjata Jerman yang telah memproduksi amunisi artileri dalam jumlah besar untuk tentara Ukraina.
Tonton: Rusia Terbuka untuk Pertemuan Trump-Putin, Ini Alasannya
Polisi Jerman minggu ini meluncurkan penyelidikan terhadap aktivitas pesawat nirawak yang mencurigakan di atas pangkalan militer di Manching, Bavaria, tempat pasukan Jerman menguji pesawat.
Pejabat Bavaria mengatakan mereka tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa pesawat nirawak tersebut diluncurkan oleh mata-mata Rusia.