Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Beberapa Waktu belakangan, semakin banyak anggota Partai Demokrat di Kongres AS yang meminta Presiden AS Joe Biden menghentikan upayanya untuk terpilih kembali sebagai Presiden.
Tekanan tersebut setelah petahana berusia 81 tahun itu berpenampilan buruk dalam debat melawan rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump.
Mengutip Reuters, menurut para petinggi Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris akan menjadi pengganti Biden jika akhirnya dia tunduk pada tekanan yang semakin besar dan mengundurkan diri sebagai kandidat dari Partai Demokrat pada pemilu 2024.
Kini para donor, aktivis, dan pejabat partai bertanya: Apakah Harris punya peluang lebih baik dibandingkan Biden untuk mengalahkan Donald Trump?
Sementara itu, Biden telah berulang kali mengatakan bahwa dia akan tetap ikut dalam pencalonan.
Harris, 59 tahun, mantan senator AS dan jaksa agung California, akan menjadi perempuan pertama yang menjadi presiden AS jika ia menjadi calon dari partai Demokrat dan menang dalam pemilu 5 November.
Harris adalah orang Afrika-Amerika dan Asia pertama yang menjabat sebagai wakil presiden di Amerika.
Baca Juga: Joe Biden Tolak Mundur dari Pencalonan, Anggota Partai Demokrat Dilema
Masa jabatannya di Gedung Putih selama 3,5 tahun ditandai dengan awal yang buruk, pergantian staf, dan portofolio kebijakan awal termasuk migrasi dari Amerika Tengah yang tidak membuahkan keberhasilan besar.
Pada tahun lalu, banyak pihak di Gedung Putih dan tim kampanye Biden secara pribadi khawatir bahwa Harris adalah pihak yang menjadi beban dalam kampanye tersebut.
Namun menurut pejabat Partai Demokrat, situasi telah berubah secara signifikan, ketika Harris melangkah maju dalam memperjuangkan hak aborsi dan mendekati pemilih muda.
"Dia bangga menjadi pasangan Biden dan berharap dapat mendampinginya selama empat tahun lagi,” kata tim kampanye Biden Harris kepada Reuters.
Beberapa jajak pendapat mendukung Harris
Jajak pendapat yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa Harris dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada Biden dalam melawan Trump, meskipun ia akan menghadapi persaingan yang ketat.
Jajak pendapat CNN yang dirilis pada 2 Juli menunjukkan bahwa pemilih lebih menyukai Trump dibandingkan Biden dengan selisih enam persentase poin, atau 49% berbanding 43%.
Harris juga membuntuti Trump, 47% hingga 45%.
Survei tersebut juga menemukan bahwa pemilih independen mendukung Harris dengan dukungan 43%-40% dibandingkan Trump, dan pemilih moderat di kedua partai lebih memilih Harris dengan dukungan 51%-39%.
Baca Juga: Para Donatur Partai Demokrat Minta Joe Biden Mundur dari Pemilu AS
Jajak pendapat Reuters/Ipsos setelah debat di televisi pekan lalu antara Trump dan Biden menunjukkan bahwa Harris dan Trump hampir seimbang, dengan 42% mendukung Harris dan 43% mendukung Trump.
Hanya mantan ibu negara Michelle Obama, yang tidak pernah menyatakan minatnya untuk ikut dalam pemilu, yang mendapat jajak pendapat lebih tinggi mengenai kemungkinan alternatif selain Biden.
Jajak pendapat internal yang dilakukan oleh tim kampanye Biden setelah debat menunjukkan bahwa Harris memiliki peluang yang sama dengan Biden untuk mengalahkan Trump, dengan 45% pemilih mengatakan mereka akan memilihnya dibandingkan 48% yang memilih Trump.
Sejumlah tTokoh Demokrat yang berpengaruh telah memberi isyarat bahwa Harris akan menjadi pilihan terbaik untuk memimpin jika Biden memilih untuk mundur.
Harris dianggap sangat serius sehingga dua donor Partai Republik mengatakan kepada Reuters bahwa mereka lebih memilih Trump menghadapi Biden daripada Harris.
“Saya lebih memilih Biden untuk tetap menjabat daripada digantikan oleh Harris," kata Pauline Lee, penggalang dana untuk Trump di Nevada setelah debat tanggal 27 Juni.
Dia mengatakan Biden telah membuktikan dirinya “tidak kompeten”.
Baca Juga: Gedung Putih Membantah Bahwa Biden Sedang Mempertimbangkan untuk Tetap Maju Pemilihan
Dan beberapa pihak di Wall Street, pusat penggalangan dana penting Partai Demokrat, mulai menunjukkan preferensinya.
“Biden sudah berada di belakang Trump, dan sepertinya tidak akan mampu mengatasi kesenjangan tersebut mengingat posisi kampanyenya saat ini. Memiliki Wakil Presiden Harris kemungkinan akan meningkatkan peluang Partai Demokrat untuk menduduki Gedung Putih,” kata Sonu Varghese, ahli strategi makro global di Carson Group, sebuah perusahaan jasa keuangan di AS.
Dia menambahkan, “Ada potensi keuntungan yang lebih besar bagi peluangnya menang dibandingkan Biden pada saat ini.”