kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,90   4,55   0.49%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika negara miskin tidak divaksinasi, negara kaya yang akan menderita


Senin, 25 Januari 2021 / 05:00 WIB
Jika negara miskin tidak divaksinasi, negara kaya yang akan menderita


Sumber: New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Hasil riset akademis yang dipublikasikan pada Senin (25/1/2021) menunjukkan, dalam memonopoli pasokan vaksin untuk Covid-19, negara-negara kaya mengancam lebih dari sekadar bencana kemanusiaan. Yakni, kerusakan ekonomi yang diakibatkannya akan menghantam negara-negara makmur hampir sama kerasnya dengan negara-negara berkembang.

New York Times memberitakan, dalam skenario paling ekstrim - di mana negara-negara kaya bakal melakukan vaksinasi penuh pada pertengahan tahun ini, dan negara-negara miskin sebagian besar melakukan lockdown - studi tersebut menyimpulkan bahwa ekonomi global akan menderita kerugian melebihi US$ 9 triliun, jumlah yang lebih besar dari hasil PDB tahunan gabungan Jepang dan Jerman.

Hampir setengah dari biaya tersebut akan diserap oleh negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris.

Dalam skenario yang paling mungkin disebut para peneliti, di mana negara-negara berkembang memvaksinasi setengah dari populasi mereka pada akhir tahun, ekonomi dunia masih akan terpukul antara US$ 1,8 triliun dan US$ 3,8 triliun. Lebih dari separuh penderitaan akan terkonsentrasi di negara-negara kaya.

Baca Juga: Saran ahli kesehatan untuk mencegah penularan virus corona varian baru

Ditugaskan oleh Kamar Dagang Internasional, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa distribusi vaksin yang adil adalah untuk kepentingan ekonomi setiap negara, terutama yang sangat bergantung pada perdagangan. Ini sama dengan teguran terhadap anggapan populer bahwa berbagi vaksin dengan negara-negara miskin hanyalah bentuk amal.

"Jelas, semua ekonomi terhubung," kata Profesor Selva Demiralp, seorang ekonom di Koc University di Istanbul yang sebelumnya bekerja di Federal Reserve di Washington, dan merupakan salah satu penulis di riset tersebut. "Tidak ada ekonomi yang akan pulih sepenuhnya kecuali ekonomi lain pulih."

Baca Juga: Catat, ini saran dokter untuk mencegah Covid-19 dari virus corona varian baru




TERBARU

[X]
×