CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.899   -39,00   -0,25%
  • IDX 7.138   -76,51   -1,06%
  • KOMPAS100 1.092   -10,91   -0,99%
  • LQ45 870   -5,37   -0,61%
  • ISSI 215   -3,30   -1,51%
  • IDX30 446   -1,89   -0,42%
  • IDXHIDIV20 539   -0,16   -0,03%
  • IDX80 125   -1,20   -0,95%
  • IDXV30 135   -0,37   -0,27%
  • IDXQ30 149   -0,41   -0,27%

Jumlah kasus baru corona melandai, Inggris belum akan mencabut lockdown


Kamis, 16 April 2020 / 15:48 WIB
Jumlah kasus baru corona melandai, Inggris belum akan mencabut lockdown
ILUSTRASI. Seorang wanita memakai masker saat berjalan di depan gerai Selfridges di Oxford saat pandemi virus corona (COVID-19) terus berlanjut di London, Inggris, Rabu (15/4/2020).


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - LONDON. Wabah virus corona baru di Inggris sudah memuncak. Tapi, terlalu dini untuk mencabut lockdown karena virus itu akan merajalela jika pemerintah melonggarkan langkah-langkah jarak sosial

Inggris memiliki angka kematian resmi tertinggi kelima di dunia akibat virus corona, setelah Amerika Serikat, Italia, Spanyol, dan Prancis. Meski, angka itu hanya mencakup kematian di rumahsakit sehingga jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.

"Kami pikir terlalu dini untuk melakukan perubahan," kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, Kamis (16/4), seperti dikutip Reuters. "Sementara kita telah melihat perataan jumlah kasus, perataan jumlah kematian belum mulai turun".

Baca Juga: Mantan kepala MI6: China sembunyikan informasi penting tentang corona

"Jika kami melonggarkan semua tindakan (jarak sosial) sekarang, maka virus (corona) ini akan merajalela sekali lagi, dan kami tidak bisa membiarkan itu terjadi," tegas Hancock.

Sementara Perdana Menteri Boris Johnson masih dalam proses pemulihan diri di rumah dinasnya dari komplikasi Covid-19 yang hampir merenggut nyawanya, Pemerintah Inggris akan membahas peninjauan kebijakan penguncian pada hari ini.

Menteri Luar Negeri Dominic Raab yang mewakili Johnson sebelumnya menyatakan, tidak akan ada pencabutan segera atas langkah-langkah jarak sosial yang Pemerintah Inggris terapkan mulai 23 Maret lalu.

Kementerian Kesehatan menyebutkan, angka kematian akibat virus corona di rumahsakit Inggris bertambah 761 menjadi 12.868 orang pada Selasa (14/4) sore waktu setempat. Ini belum menghitung kematian di luar rumah sakit.

Pembatasan paling ketat dalam sejarah masa damai di Inggris telah secara efektif menutup sebagian besar ekonomi negeri Ratu Elizabeth II. Dan, Inggris sedang menuju ke arah resesi terdalam dalam tiga abad terakhir.

Ketika para pemimpin di seluruh dunia mulai mempertimbangkan cara-cara untuk keluar dari penguncian, para ahli epidemiologi telah memperingatkan bahwa gelombang kedua wabah virus corona bisa membahayakan orang yang lemah dan lanjut usia.

Baca Juga: Dalam dua pekan, jumlah infeksi virus corona di dunia melonjak 1 juta kasus

Neil Ferguson, profesor biologi matematika di Imperial College London yang menjadi penasihat pemerintah, mengatakan, Inggris harus mempertahankan beberapa tingkat jarak sosial sampai vaksin untuk virus corona tersedia.

"Itu tidak akan kembali normal," sebut Ferguson kepada Radio BBC. "Kita harus menjaga beberapa tingkat jarak sosial, tingkat jarak sosial yang signifikan, mungkin tanpa batas waktu sampai kita benar-benar memiliki vaksin".

"Jika kita terlalu santai, kita akan melihat kebangkitan dalam transmisi (virus corona)," ujarnya. "Jika kita ingin membuka kembali sekolah, membiarkan orang-orang kembali bekerja, maka kita menghadapi penularan dengan cara lain".



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×