Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi global Covid-19 telah merenggut lebih dari 1 juta korban jiwa. Meningkatnya korban jiwa seiring, melonjaknya jumlah orang terinfeksi di sejumlah negara. Angka kematian ini mencapai dua kali lipat dari angka kematan tahunan akibat malaria.
“Dunia kita tengah mencapai pencapaian yang buruk. Jumlah kematian tersebut bukan sekadar angka, namun nyawa manusia, nyawa ayah, ibu, istri, suami, kakak, adik, teman, dan kolega kita,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antnoio Guterres dalam pernyataan seperti dikutip Reuters, Selasa (29/9).
Hanya butuh waktu tiga bulan buat Covid-19 menggandakan jumlah kematian dari sebelumnya sebanyak 500.000 jiwa. Sementara kematian pertama tercatat di China awal Januari lalu.
Baca Juga: WHO: Negara miskin akan dapatkan tes COVID-19 murah, hanya US$ 5
Dari kalkulasi Reuters, setidaknya ada 5.400 orang yang meninggal akibat Covid-19 per harinya pada September ini. Ini setara 226 orang meninggal per jamnya atau 1 orang tiap detik.
“Banyak orang yang meninggal, banyak orang bahkan tak sempat mengucapkan perpisahan karena harus meninggal sendiri. Kondisi ini benar-benar mengerikan,” kata Juru Bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris.
Sementara itu, sejumlah ahli mengingatkan, di lapangan angka kematian berpotensi jauh lebih besar mengingat beberapa negara belum melakukan tes dan pencatatan yang laik.
Di sisi lain, melesatnya laju infeksi disebabkan sejumlah negara yang mencabut kebijakan lockdown lantaran efek buruknya terhadap ekonomi. Negara seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, India yang bersama-sama menyumbang 45% dari total kematian secara global telah melonggarkan ketentuan pembatasan sosialnya.
“Masyarakat mesti mengantisipasi melonjaknya angka infeksi dalam beberapa waktu ke depan,” kata Wakil Presiden AS Mike Pence Senin (28/9). AS telah mencatat kematian sebanyak 205.312 jiwa, dan angka terinfeksi mencapia 7,18 juta orang.
Baca Juga: WHO kembali tegaskan, virus corona muncul secara alami
Sementara, India mencatat pertumbuhan angka infeksi paling tinggi di dunia, rata-rata ada 87.500 kasus baru yang terjadi sejak awal September. Dengan laju secepat itu, India diprediksi bakal melampaui tingkat terinfeksi AS sampai akhir tahun kelak.
Meski demikian, kondisi ini tak membuat Perdana Menteri India Narendara Modi Jadi lebih konservatif. Ia justru mendorong pelonggaran pembatasan sosial guna memulihkan ekonomi India.
Meskipun angka terinfeksi di India terus melaju, namun jumlah kematian di India akibat Covid-19 masih berada di bawah negara-bnegara seperti AS, Inggris, dan Brasil. Sampai Selasa (29/9), tingkat kematian di India justru merupakan yang terendah sejak Agustus lalu dan ini turut membingungkan para ahli.
Sedangkan negara Asia lain yang telah menjadi salah satu episentrum pandemi seperti Korea Selatan cukup tenang menghadapi ancaman gelombang kedua ini. Pemerintah telah meminta warga untuk tetap berada di rumah menjelang liburan musim semi yang akan dimulai besok Rabu (30/9).
Di negara-negara di Eropa yang menyumbang 25% angka kematian secara global telah diperingatkan oleh WHO untuk makin waspada, terutama saat menyambut flu musim dingin.