kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kacau! Perundingan perbatasan China-India buntu, PM Modi dituntut bersikap kera


Rabu, 12 Agustus 2020 / 09:37 WIB
Kacau! Perundingan perbatasan China-India buntu, PM Modi dituntut bersikap kera
ILUSTRASI. Presiden China Xi Jinping (kanan) berjalan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Wuhan dua tahun lalu. (Xinhua / Yan Yan)


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

India memiliki kedutaan besar penuh di Lhasa, ibu kota wilayah otonom Tibet China, hingga perang Tiongkok-India tahun 1962.

Sejak pasukan India dan Tiongkok bentrok dengan tangan kosong, pentungan dan tongkat berduri pada tanggal 15 Juni, yang menyebabkan kematian 20 tentara India dan jumlah yang tidak ditentukan di pihak Tiongkok, setidaknya telah ada 11 pertemuan antara pejabat senior militer dan diplomatik dari keduanya. Kedua belah pihak terus berupaya untuk meredakan ketegangan.

Baca Juga: India sita ratusan ton bahan kimia yang sama dengan yang meledak di Lebanon

Sementara itu, New Delhi telah memberlakukan sanksi ekonomi seperti melarang perusahaan China dari proyek infrastruktur jalan raya dan membatasi impor peralatan China di sektor listrik. India juga melarang 59 aplikasi China, termasuk TikTok yang populer, dengan alasan keamanan nasional.

Namun Beijing adalah sumber impor terbesar di New Delhi. Tahun lalu, nilai pembelian India mulai  barang elektronik hingga bahan-bahan farmasi di sepanjang tahun lalu mencapai  US$ 70 miliar. Kendati begitu, India mencatatkan defisit perdagangan sekitar US$ 50 miliar dengan China, mitra dagang terbesarnya.

Baca Juga: Hubungan masih panas, India peringatkan China lewat jet tempur Rafale

Pravin Sawhney, mantan perwira militer yang merupakan pendiri dan editor majalah keamanan nasional Force, mengatakan China "memegang semua kartu sekarang". 

"Langkah-langkah ekonomi yang diumumkan pemerintah akan lebih menyakitkan bagi India daripada China," katanya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×