Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) kian memanas. Aksi perang pernyataan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un semakin menjadi-jadi.
Menurut Kim Jong Un, pernyataan 'gila' Trump semakin meyakinkan dia untuk terus mengembangkan senjata nuklir bagi Korut.
Dalam pernyataan pribadinya yang sangat jarang terjadi lewat media milik pemerintah Korut, Kim mengatakan bahwa Trump akan membayar semua pernyataannya di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Dia juga bilang, sekarang Trump tak mengakui keberadaan Korut dan telah menghina Kim dan negaranya di hadapan seluruh mata dunia. "Sekarang, setelah Trump mengumumkan deklarasi yang kejam dalam sejarah perang dunia, Korut akan mempertimbangkan "aksi balasan garis keras" untuk membuat Trump membayar mahal pidatonya".
Dia mengakhiri pidatonya dengan mengatakan Korut dipastikan akan membalas AS dengan api.
Para pakar Korut meyakini, ini merupakan pertama kalinya seorang pemimpin Korea Utara membuat pidato langsung kepada khalayak internasional.
Sekadar informasi saja, sebelumnya Trump mengatakan, jika AS terpaksa mempertahankan diri mereka, maka hal itu akan menghancur leburkan Korut.
Trump juga 'mengejek' Kim dengan menjulukinya sebagai 'rocket man' dalam sebuah 'misi bunuh diri'.
Kedua negara memang saling bertukar retorika kebencian dalam beberapa bulan terakhir.
Korut sudah melakukan pengetesan rudal dalam tingkat yang cukup sering. Bahkan mereka tetap menggelar ujicoba nuklir kendati mendapat kecaman dari dunia internasional.
Menteri Luar Negero Korut Ri Yong-ho sebelumnya menyamakan pidato Trump sebagai gonggongan anjing. Ri mengingatkan, Pyongyang dapat melakukan ujicoba bom hidrogen di Samudera Pasifik sebagai respon dari ancaman Trump.
"Ini akan menjadi ledakan yang paling dahsyat dari bom hidrogen di kawasan Pasifik," jelas Ri seperti yang dikutip dari kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Ri menambahkan, "Kami belum memiliki ide mengenai aksi apa yang akan diambil karena semuanya akan di bawah komando Kim Jong-un."