Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - PHNOM PENH. Pemimpin Kamboja pada hari Senin menyatakan bahwa pihaknya belum memberi hak ekslusif kepada militer China untuk menggunakan pangkalan laut di pantai selatan negara tersebut.
Karena itu, pihaknya tetap terbuka terhadap kehadiran kapal perang negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS) untuk datang dan berlabuh di sana.
Baca Juga: Kamboja undang AS dan China gelar latihan militer, untuk apa?
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan hal tersebut untuk merespons pemberitaan terus menerus dan keprihatinan yang diungkapkan Washington terkait isu bahwa Beijing telah mendapat hak istimewa untuk berlabuh di pangkalan angkatan laut Ream di Teluk Thailand.
Mengutip OutlookIndia, Selasa (2/6), Hun Sen menyangkal laporan The Wall Street Journal bahwa telah ada draf awal perjanjian yang memungkinkan China menggunakan pangkalan angkatan laut Ream selama 30 tahun, dimana China diperbolehkan mengirim personel militer, menyimpang senjata dan tempat berlabuh kapal perang Tiongkok.
Hun Sen mengatakan bahwa Konstitusi Kamboja tidak mengizinkan pangkalan militer asing didirikan di tanahnya, tetapi kapal yang berkunjung dipersilakan.
Baca Juga: Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Vietnam Targetkan Pertumbuhan 5 Persen
"Jika kapal perang satu negara diizinkan berlabuh di pangkalan angkatan laut kita, kapal perang negara-negara lain juga akan bisa berlabuh. Kami tidak akan menutupnya kepada siapa pun," katanya.
Hun Sen mempertanyakan apa manfaat yang akan didapat Beijing bila memiliki pangkalan di Kamboja sementara memiliki pangkalan di Laut China Selatan, dan Luat China timur. Pangkalan-pangkalan China didirikan di perairan yang juga diklaim oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya.