Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/ROMA. Janji Jerman awal tahun ini untuk mengirim tank ke Ukraina menandai konsesi terbaru negara itu dan memberikan batasan untuk eskalasi bertahap dalam jenis peralatan yang disuplai sekutu.
Melansir Defense News, ketika Rusia menginvasi Ukraina Februari lalu, pihak sekutu menolak permohonan bantuan ofensif dan mengikuti definisi sempit peralatan pelindung. Di Berlin, para pemimpin awalnya menolak memberikan bantuan yang tidak sesuai dengan definisi "defensif" Jerman.
Tapi kondisi itu kemudian berubah. Kini, Jerman berjanji untuk mengirimkan tank tempur Leopard 2 dan menyetujui permintaan negara lain untuk mengikutinya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga baru-baru ini mengizinkan penyediaan kendaraan tempur infanteri untuk membantu mendorong pasukan Rusia keluar dari Ukraina yang diduduki.
Pendekatan yang berkembang cocok dengan konflik yang cair dan tidak dapat diprediksi.
Kini, kumpulan kendaraan tipe tank Barat dijadwalkan tiba di garis depan musim semi ini, dengan pelatihan yang sedang berlangsung di negara-negara donor. Kendaraan tempur ini membawa harapan untuk memungkinkan kemenangan medan perang bagi pasukan Ukraina yang akan mengarah pada semacam skenario akhir perang – jika senjata tiba tepat waktu.
Baca Juga: Ketegangan di Langit Polandia Melibatkan Pesawat Rusia dan Belanda, Ada Apa?
Scholz mengatakan kepada surat kabar Tagesspiegel bahwa dia ingin Presiden Rusia Vladimir Putin menjawab satu pertanyaan: "Bagaimana dunia keluar dari situasi yang mengerikan ini?"
Defense News berbicara dengan analis keamanan nasional, anggota parlemen, dan pensiunan pejabat, menanyakan masing-masing bagaimana konflik dapat berakhir.
Jawaban mereka suram. Perang akan mahal, memakan banyak korban jiwa, dan kemungkinan besar berlangsung setidaknya beberapa tahun — atau bahkan menjadi tak berkesudahan.
Ini akan membebani industri pertahanan Amerika dan Eropa, terutama dalam hal amunisi, dan dapat menyebabkan kehancuran ekonomi di Rusia. Selama ini, kemungkinan eskalasi nuklir tetap ada.
Dan mereka mengatakan kemenangan akan bergantung pada Kongres dengan tekad untuk memastikan dukungan berkelanjutan ke Ukraina. Namun demikian, konsep kemenangan itu sendiri mungkin tidak akurat, demikian peringatan mereka.
Baca Juga: Jelang 1 Tahun Invasi Rusia, Dubes Ukraina Minta Indonesia Berpihak pada Kemanusian
“Untuk tahun ini, akan sangat, sangat sulit untuk secara militer mengeluarkan pasukan Rusia dari semua — setiap jengkal Ukraina atau Ukraina yang diduduki Rusia,” kata Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan militer AS, kepada wartawan selama kunjungan ke Jerman bulan lalu.
Dia menambahkan, “Bukan berarti itu tidak bisa terjadi, bukan berarti itu tidak akan terjadi, tapi itu akan sangat, sangat sulit.”
Milley bersikeras bahwa perang kemungkinan besar akan berakhir di meja perundingan – pada titik tertentu. Para pejabat dan ahli memprediksi terjadinya musim semi berdarah, karena Rusia mengirimkan wajib militer baru ke garis depan. Sementara, Ukraina mencoba untuk menghalau serangan sambil meningkatkan serangannya sendiri.
Saat perang memasuki tahun kedua, keran bantuan militer masih mengalir deras. Tetapi kapasitas industri sangat buruk, dan negara-negara telah mulai meneliti berapa banyak peralatan yang dapat mereka simpan sambil mempertahankan kebutuhan pertahanan diri mereka sendiri dan kebutuhan NATO.
Pada saat yang sama, musim pemilu di Amerika Serikat —pendukung terpenting Ukraina— memberikan argumen bahwa perang di Eropa dengan durasi yang tidak diketahui merupakan gangguan yang merugikan bagi Amerika.
Lantas, berapa lama perang Ukraina akan berlangsung?
Ditanya tentang kemungkinan durasi perang Ukraina, analis di Amerika Serikat dan Eropa membuat prediksi serupa, dengan garis waktu berjalan dari bulan ke tahun hingga "tidak terbatas".
Yohann Michel, seorang analis riset di Berlin dengan think tank International Institute for Strategic Studies, mengantisipasi "bulan-bulan yang panjang" ke depan.
Sementara Michael Kofman, direktur program penelitian di Program Studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut di Washington, memprediksi tambahan beberapa tahun pertempuran ke depannya.
“Perang biasanya cenderung berlangsung lebih lama dari yang diprediksi atau diharapkan orang, tetapi terutama konflik antarnegara selama ini,” kata Kofman.
Dia menambahkan, “Sejarah memberi tahu kita bahwa perang yang berlangsung selama ini … kemungkinan besar akan berlarut-larut, berlangsung beberapa tahun.”
Analis Italia Lucio Caracciolo lebih pesimistis.
“Perang ini akan berlangsung tanpa batas waktu, dengan jeda panjang untuk gencatan senjata,” katanya.
Baca Juga: Militer AS, Inggris, dan Australia Menggelar Simulasi Perang dengan China di Udara
Dia juga bilang, “Itu hanya akan berhenti ketika Ukraina atau Rusia atau keduanya runtuh, karena bagi kedua belah pihak ini adalah masalah hidup atau mati,” tambah Caracciolo, editor publikasi geopolitik Italia, Limes.
Peter Roberts, rekan senior di Royal United Services Institute di London, mengatakan ada beberapa cara berbeda untuk menentukan akhir perang: "akhir dari fase kinetik" versus "akhir dari perang dingin ala Georgia atau Situasi seperti Korea yang berlangsung selama bertahun-tahun.”
“Saya ingin berpikir fase kinetik bisa berakhir pada 2023, tapi saya menduga kita bisa melihat tiga tahun lagi dengan skala pertempuran ini,” kata Roberts.
Michel menambahkan ada faktor yang belum diketahui yang akan menentukan akhir konflik.
“Siapa yang akan menjadi yang pertama melancarkan serangan berikutnya? Peran apa yang akan dimainkan cuaca?" tanyanya.
“Ada masalah amunisi – pihak pertama yang kekurangan akan mendapat masalah. Meskipun tidak ada program nyata Eropa untuk meningkatkan produksi, apakah stok Rusia akan diisi ulang oleh China?” jelasnya.
Sementara itu, menurut Benjamin Jensen, pakar perang di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, pertempuran yang panjang dan melelahkan membawa risikonya sendiri. Menurutnya, semakin lama konflik berlangsung, semakin banyak mereka menghabiskan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, para pihak lebih bersedia untuk berjudi.
Dalam pandangan Jensen, bahkan runtuhnya kekuatan konvensional Rusia atau kemenangan tradisional Ukraina tidak berarti perang telah berakhir; keduanya dapat menyebabkan eskalasi nuklir oleh Rusia.
Sementara itu, mengutip Nikkei Asia, mantan duta besar AS untuk Moskow John Sullivan, memperingatkan dunia bahwa Presiden Vladimir Putin siap untuk melihat perang berlangsung dalam jangka panjang, dengan pertempuran yang mungkin berlangsung selama bertahun-tahun.
"Saya mempercayai kata-kata pemerintah Rusia dan Presiden Putin dalam konteks ini. Juru bicaranya, Dmitry Peskov, terus mengatakan tujuan operasi militer khusus itu akan tercapai. Mereka tidak pernah menyimpang dari pernyataan tujuan mereka sejak perang dimulai," jelas Sullivan.
Dia menambahkan, "Keyakinan saya adalah bahwa dia tidak akan menyerahkan tujuan itu sampai, paling tidak, dia yakin bahwa dia benar-benar, secara positif, tidak dapat mencapainya. Dia berpikir bahwa dia bisa menunggu kolektif Barat, bahwa dia bisa melemahkan orang Ukraina. Dan apakah itu terjadi tahun 2023, '24, '25, '26."