Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra mengalami lonjakan signifikan dengan jumlah titik api meningkat tajam dari 94 menjadi lebih dari 1.000 hanya dalam waktu sepuluh hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat total 1.292 titik panas (hotspot) di wilayah tersebut per Senin (21 Juli).
Titik panas merupakan citra satelit yang menunjukkan intensitas panas tinggi, biasanya mengindikasikan keberadaan kebakaran hutan atau lahan.
Baca Juga: Menkeu AS Serukan Reformasi Regulasi Perbankan AS, Hapus Persyaratan Modal Ganda
Dari seluruh wilayah di Sumatra, Provinsi Riau menjadi daerah paling terdampak, dengan 582 titik panas terdeteksi melonjak drastis dari 38 titik pada 12 Juli lalu.
“Tren jumlah titik panas terus meningkat karena Riau memasuki puncak musim kemarau dan intensitas hujan serta pertumbuhan awan mulai menurun,” jelas Koordinator BMKG Riau, Irwan Nasution, melansir dari laman Channelnewsasia pada Selasa (22/7).
Selain Riau, Kabupaten Rokan Hilir serta Provinsi Sumatra Utara juga terdampak cukup parah, dengan masing-masing mencatat 244 dan 236 titik panas, berdasarkan laporan BMKG tanggal 21 Juli.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan akan melakukan operasi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan di wilayah Riau mulai 21 hingga 27 Juli untuk mengendalikan kebakaran.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Prediksi Gelembung Bitcoin Akan Pecah, Benarkah?
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa selain TMC, pihaknya juga mengerahkan helikopter water bombing dan patroli udara untuk pemantauan titik api sebagai bagian dari upaya penanggulangan kebakaran.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia umumnya disebabkan oleh praktik pembakaran untuk pembukaan lahan, terutama di musim kemarau yang memperparah penyebaran api.
Kebakaran di hutan dan lahan gambut menjadi penyebab utama kabut asap lintas batas yang kerap menyelimuti wilayah Indonesia dan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand bagian selatan.
Menurut ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC), kondisi kering terpantau di sebagian besar wilayah ASEAN bagian selatan sejak 20 Juli. Selain di bagian utara Sumatra, titik panas juga terdeteksi di Semenanjung Malaysia dan Kalimantan.
Baca Juga: Dolar Bergerak Tipis, Investor Menanti Kepastian Tarif Perdagangan
Departemen Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) pada 19 Juli merilis peringatan tentang potensi kabut asap lintas batas.
MetMalaysia menyatakan bahwa titik panas di Sumatra yang terpantau satelit pada Jumat lalu kemungkinan telah menyumbang kabut asap yang terbawa angin barat daya menuju Malaysia.
Kabut asap tersebut saat ini memengaruhi beberapa negara bagian di pantai barat Semenanjung Malaysia, dan MetMalaysia menyatakan bahwa dalam beberapa hari ke depan tidak ada perubahan arah angin atau cuaca signifikan yang dapat meredam dampaknya.
Pada Senin pagi, delapan lokasi di Malaysia tercatat memiliki Indeks Pencemar Udara (API) di atas angka tidak sehat (100), dengan Alor Gajah di negara bagian Melaka menjadi wilayah paling terdampak, mencatat API sebesar 160.
Hingga berita ini diturunkan, CNA masih menunggu tanggapan dari Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) terkait kondisi tersebut.