Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) diperdagangkan dalam kisaran sempit pada Selasa (22/7), setelah sempat melemah di awal pekan.
Investor kini menanti perkembangan lebih lanjut terkait pembicaraan perdagangan menjelang tenggat 1 Agustus, saat negara-negara harus mencapai kesepakatan dengan AS atau menghadapi kenaikan tarif yang signifikan.
Sementara itu, yen Jepang masih mempertahankan penguatan dari sesi sebelumnya.
Baca Juga: Rupiah Spot Dibuka Menguat pada Perdagangan Selasa (22/7) Pagi
Ini terjadi setelah hasil pemilu majelis tinggi akhir pekan lalu menunjukkan kekalahan yang tidak melebihi ekspektasi, sehingga pasar kini mengalihkan perhatian pada kecepatan negosiasi dagang Jepang-AS serta masa depan Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Pada awal perdagangan Asia, yen sedikit melemah ke level 147,65 per dolar AS, setelah menguat sekitar 1% pada Senin (21/7) pasca pemilu.
Kekalahan koalisi yang dipimpin Ishiba hanya memberikan dampak terbatas di pasar Jepang secara keseluruhan, yang baru kembali beraktivitas setelah libur.
“Penguatan awal yen yang disebabkan oleh fakta bahwa koalisi penguasa tidak kehilangan lebih banyak kursi, serta rencana Ishiba untuk tetap berkuasa, kemungkinan hanya bersifat sementara,” ujar Lee Hardman, analis senior valas MUFG.
“Ketidakpastian politik yang meningkat di Jepang bisa memperumit penyelesaian kesepakatan dagang dengan AS, yang berpotensi memberikan tekanan bagi ekonomi Jepang dan nilai tukar yen,” tambahnya.
Baca Juga: Rupiah Bergerak di Level Paling Lemah Dalam Sebulan Terakhir, Senin (21/7)
Menjelang tenggat 1 Agustus, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa pemerintahan Trump lebih mengutamakan kualitas kesepakatan dagang dibanding waktu penyelesaiannya.
Ia menambahkan bahwa Presiden Trump akan menentukan sendiri apakah akan memberikan perpanjangan waktu bagi negara-negara yang masih dalam proses negosiasi.
Ketidakpastian mengenai tarif global menjadi ganjalan besar bagi pasar valuta asing, menyebabkan pergerakan mata uang cenderung datar meskipun pasar saham AS terus mencetak rekor tertinggi.
“Tidak ada hal yang bersifat permanen pada 1 Agustus, selama pemerintahan AS masih bersedia untuk berdialog sebagaimana ditunjukkan dalam surat-surat Trump dua minggu lalu,” kata Thierry Wizman, ahli strategi valas global dari Macquarie Group.
Indeks dolar terhadap sekeranjang mata uang menguat tipis ke level 97,94, setelah turun 0,6% pada Senin. Dolar juga stabil setelah pelemahannya kemarin yang dipicu oleh penguatan yen dan penurunan imbal hasil obligasi AS.
Poundsterling diperdagangkan sedikit lebih rendah 0,03% ke US$ 1,3488, sementara euro turun 0,12% ke US$ 1,1684.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,22% ke Rp 16.333 per Dolar AS pada Senin (21/7) Siang
Pelaku pasar kini menunggu keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) yang dijadwalkan pekan ini, meskipun ekspektasi pasar menunjukkan bank sentral kemungkinan akan mempertahankan suku bunga.
Uni Eropa sendiri dikabarkan tengah menyusun langkah balasan terhadap AS karena prospek kesepakatan dagang yang kian suram, menurut sejumlah diplomat.
Kekhawatiran pasar juga bertambah karena adanya gangguan terhadap independensi bank sentral AS (The Fed), menyusul kritik keras dari Trump terhadap Gubernur Jerome Powell.
Presiden bahkan sempat mendorong Powell untuk mundur akibat sikapnya yang enggan memangkas suku bunga.
“Kami memperkirakan bahwa data ekonomi AS yang solid dan kenaikan inflasi akibat tarif akan membuat The Fed mempertahankan suku bunga hingga 2026. Hal ini akan mendukung penguatan dolar dalam beberapa bulan ke depan,” ujar Jonas Goltermann, deputi kepala ekonom pasar di Capital Economics.
“Namun, pandangan ini tetap sangat dipengaruhi oleh dinamika politik di Gedung Putih,” pungkasnya.
Di tempat lain, dolar Australia melemah 0,05% ke level US$ 0,6522, sementara dolar Selandia Baru turun 0,14% ke US$ 0,5960.