Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Pria yang saat ini menduduki orang terkaya nomor 309 ini memulai bisnis dari usia muda. Naluri bisnis Karl Heinz Kipp tidak lahir begitu saja. Ayah Kipp ternyata sudah memulai lebih dulu dan menularkan bakat berbisnis kepadanya. Bahkan keduanya sempat memulai bisnis bareng dan menjadi cikal bakal usaha ritel yang membawa Kipp kian sukses sekarang. Setelah bisnie ritel berkembang, Kipp banting stir dan memilih beralih ke bisnis properti dan realestat.
Bisnis Karl-Heinz Kipp di bidang properti terus berkembang. Namun jika merunut awal mula suksesnya bisnis ini tidak mudah dan tidaklah instan. Orang terkaya ke-18 di Jerman ini lahir dari keluarga pedagang yang mengajarkan berbisnis sejak muda. Kipp menghabiskan masa kecil dan remaja di Alzey, Jerman.
Ayah Kipp adalah suplier kentang dan produk perdagangan. Naluri berbisnis dari sang ayah menular kepada Kipp. Di usia 24 tahun, pria kelahiran 12 Februari 1924 ini berlatih menjadi manajer logistik perusahaan yang didirikan bersama ayahnya. Usaha tersebut mulai dijalani usai Perang Dunia II. Bisnis Kipp mulai tumbuh dan berkembang.
Di tahun 1948, Kipp memberanikan diri membeli perusahaan dagang yang teregister atas nama Alfred Massa, yang berbasis di Trier, Jerman. Perusahaan itu menjual anggur.
Konsumen Kipp yang merupakan penduduk desa di daerah Alzey, ternyata tertarik dan dagangannya laku keras. Merasa sukses di bisnis tersebut, Kipp muda kembali mencoba peruntungan baru dengan berbisnis pakaian pada 1948.
Berkat ketekunan dan kerja keras, pelan tapi pasti, usaha Kipp berkembang menjelma menjadi supermarket. Pada 1965, Kipp pun membuka jaringan supermarket pertama dengan membawa nama Massa Department Store. Supermarket tersebut berlokasi di Friedrichstrasse, Alzey, Jerman.
Dalam perkembangannya, Massa Department Store tak hanya menjual pakaian dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Kipp pun melengkapi bisnis ritel itu dengan membuka outlet kendaraan roda empat merek Austin Rover di setiap jaringan toko serba ada miliknya. Massa pun membesar hingga memiliki 24 jaringan di Jerman.
Ada alasan tersendiri Kipp membuka pula outlet otomotif tersebut, yakni agar bisnis Massa Department Store kian dikenal publik.
Namun, disaat memasuki masa puncak mengelola bisnis ritel, secara mengejutkan Kipp justru banting stir. Ia membuat keputusan menjual sebagian kepemilikan saham di Massa Department Store pada tahun 1985.
Kipp menjual saham Massa Department Store ke peritel lain yakni Metro Cash & Carry. Hasil perkawinan dua perusahaan ritel tersebut kemudian bertransformasi menjadi Metro AG.
Kipp mencium peluang lain di bisnis properti. Kipp memutuskan merambah bisnis properti. Awalnya, Kipp menggarap properti pertokoan yang belakangan ia sewakan ke Metro AG. Kipp menandatangani kontrak penyewaan gedung dengan Metro selama 30 tahun.
Setelah mengantarkan bisnis ritelnya melenggang ke bursa saham pada 1986, Kipp akhirnya menyudahi kariernya di bisnis tersebut. Pada tahun 1987, Kipp memutuskan menjual seluruh sisa saham di Massa Department Store ke Metro AG.
Insting bisnis Kipp ternyata kuat. Bisnisnya di bidang properti dan real estate terus berkembang hingga sekarang.
Beberapa tahun terakhir, Kipp mengembangkan bisnis hotel dan resor mewah di Swiss. Suami dari Hannelore Kipp ini menilai, Swiss tetap akan menjadi tujuan utama para pelancong dunia sehingga ini bakal menjadi sumber investasi yang menguntungkan. Alasan lain, ia menyukai Swiss.
Kipp selalu menerapkan standar tinggi dalam mengembangkan bisnis properti. Ini terlihat dari orang-orang yang direkrut untuk membangun hotel dan resor. Ambil contoh, Kipp menggandeng Mario Botta, seorang arsitek ternama Swiss untuk mendesain hotelnya di Swiss. Botta adalah arsitek gedung opera house, Milan La Scala di Italia.
(Bersambung)