kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.933.000   17.000   0,89%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Katakan Tidak untuk 10 Hal Ini Jika Ingin Cepat Kaya dan Hidup Sejahtera


Selasa, 19 Agustus 2025 / 04:20 WIB
Katakan Tidak untuk 10 Hal Ini Jika Ingin Cepat Kaya dan Hidup Sejahtera
ILUSTRASI. Orang-orang yang sukses secara finansial punya pola pikir yang sama: mereka tahu kapan harus berkata tidak.


Sumber: New Trader U | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Membangun kekayaan bukan hanya soal menghasilkan lebih banyak uang, tetapi juga tentang cara cerdas mengelola apa yang sudah dimiliki.

Orang-orang yang sukses secara finansial punya pola pikir yang sama: mereka tahu kapan harus berkata “tidak”. Alih-alih mengejar kepuasan instan, mereka menolak kebiasaan yang menguras keuangan. Setiap rupiah yang salah belanja adalah peluang investasi yang hilang.

Jika ingin mencapai kemandirian finansial dan bebas dari jeratan gaya hidup konsumtif, berikut 10 hal yang sebaiknya Anda hindari, yang dirangkum dari New Trader U:

1. Menolak Inflasi Gaya Hidup

Inflasi gaya hidup adalah salah satu pembunuh kekayaan terbesar, yang secara otomatis meningkatkan pengeluaran ketika pendapatan meningkat. 

Banyak orang meningkatkan gaya hidup mereka setiap kali penghasilan mereka naik, pindah ke apartemen mahal atau membeli mobil mewah. Pola ini membuat mereka stagnan secara finansial meskipun berpenghasilan lebih.

Para pembangun kekayaan mengambil pendekatan yang berbeda. Ketika pendapatan meningkat, mereka mempertahankan gaya hidup mereka saat ini dan menginvestasikan selisihnya. 

Baca Juga: Guru Finansial Ini Bocorkan 5 Barang yang Tak Boleh Dibeli Warga Kelas Menengah Bawah

2. Menolak Utang Berbunga Tinggi

Utang berbunga tinggi mungkin merupakan kekuatan paling merusak yang menghambat akumulasi kekayaan. Saldo kartu kredit dan pinjaman gaji menciptakan kemustahilan matematis untuk membangun kekayaan. 

Para pembangun kekayaan memprioritaskan penghapusan utang berbunga tinggi sebelum mengejar tujuan keuangan lainnya. 

3. Menolak Pembelian secara Impulsif

Pembelian impulsif menghancurkan anggaran dan menggagalkan rencana keuangan. Dunia modern terus-menerus mendorong pengeluaran spontan melalui iklan dan metode pembayaran yang mudah. 

Para pembangun kekayaan melindungi diri mereka sendiri dengan menerapkan periode tunggu sebelum melakukan pembelian besar—mungkin dua puluh empat jam untuk barang-barang kecil atau tiga puluh hari untuk pengeluaran yang lebih besar.

Baca Juga: Menurut Psikologi, Ini 5 Perangkap Pola Pikir yang Hambat Kesuksesan Kelas Menengah

Periode tenang ini memungkinkan emosi mereda dan pemikiran rasional menang. Seringkali, keinginan untuk membeli memudar sepenuhnya. Mereka membedakan antara keinginan dan kebutuhan, mempertanyakan apakah setiap pembelian benar-benar menambah nilai dan mempertimbangkan biaya peluang dari uang tersebut.

4. Menolak Mengikuti Gaya Hidup Sekelas

Tekanan sosial untuk menyamai kebiasaan belanja orang lain telah menggagalkan banyak rencana keuangan. Keinginan untuk terlihat sukses sering kali mengarah pada pembelian yang menciptakan ilusi kekayaan sekaligus mencegah akumulasinya. 

Orang kaya memahami perbedaan antara terlihat kaya dan menjadi kaya. Mereka berfokus pada membangun aset daripada mengakumulasi liabilitas. 

5. Menolak Skema Cepat Kaya

Daya tarik uang mudah telah menjebak banyak orang dalam skema yang menjanjikan imbal hasil yang tidak realistis dengan usaha minimal. 

Para pembangun kekayaan menyadari bahwa penciptaan kekayaan yang sah membutuhkan waktu dan usaha yang konsisten. Alih-alih mengejar investasi spekulatif yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mereka berfokus pada strategi yang telah terbukti seperti portofolio yang terdiversifikasi dan properti.

Saat mengevaluasi peluang, mereka melakukan uji tuntas yang menyeluruh, meneliti fundamental, dan memahami faktor risiko. Mereka lebih menyukai imbal hasil yang konsisten dan membosankan daripada janji-janji menarik yang jarang terwujud.

Baca Juga: Pemerintah Perlu Waspadai Fenomena Down Trading Masyarakat Kelas Menengah, Kenapa?

6. Menolak Peluang Palsu

Selain skema cepat kaya, para pembangun kekayaan menghindari peluang palsu yang disamarkan sebagai investasi sah, termasuk skema Ponzi dan produk investasi dengan biaya tersembunyi. 

Mereka mengembangkan keterampilan analitis yang kuat untuk mengevaluasi peluang secara kritis, mengajukan pertanyaan-pertanyaan terperinci, dan menuntut transparansi.

7. Menolak Sering Makan di Luar

Meskipun makan di luar sesekali masih masuk akal, seringnya makan di restoran berdampak signifikan pada akumulasi kekayaan.

Para pembangun kekayaan merangkul perencanaan makan dan memasak dalam jumlah besar untuk mengurangi pengeluaran makanan tanpa mengorbankan nutrisi. 

Mereka memandang memasak sebagai keterampilan berharga yang memberikan manfaat finansial dan kesehatan. Ini bukan berarti tidak pernah menikmati restoran, tetapi lebih kepada pengaturan waktu makan di luar.

Baca Juga: 5 Sebab Mengapa Orang Miskin Tetap Miskin dan Kelas Menengah Susah Menjadi Kaya

8. Menolak Hanya Mengandalkan Satu Penghasilan

Bergantung sepenuhnya pada penghasilan pekerjaan menciptakan kerentanan finansial dan membatasi potensi pembangunan kekayaan. 

Orang yang sukses memahami pentingnya diversifikasi pendapatan melalui berbagai aliran pendapatan—dividen investasi, pendapatan sewa, bisnis sampingan, atau pekerjaan lepas.

9. Menolak Pengeluaran Emosional

Emosi mendorong banyak keputusan keuangan, yang seringkali merugikan si pembelanja. Belanja untuk stres atau belanja untuk perayaan dapat dengan cepat menggerus anggaran. 

Orang kaya mengenali pemicu emosional ini dan mengembangkan strategi koping alternatif, seperti berolahraga atau hobi yang tidak membutuhkan pengeluaran besar.

10. Menolak Mengabaikan Pendidikan Keuangan Mereka

Para pembangun kekayaan tidak pernah berhenti belajar tentang pengelolaan uang, investasi, dan perencanaan keuangan. 

Mereka memahami bahwa pasar dan peluang keuangan terus berkembang, yang membutuhkan pendidikan berkelanjutan. Ini mungkin melibatkan membaca buku keuangan, menghadiri seminar, atau bekerja dengan penasihat yang berkualifikasi.

Tonton: Kelas Menengah RI Makin Terjepit di Tengah Ketimpangan Konsumsi

Pendidikan keuangan membantu mereka menghindari kesalahan yang merugikan dan mengidentifikasi peluang yang sah yang mungkin terlewatkan oleh orang lain. 

Selanjutnya: Disebut DOMS, Nyeri Sehabis Olahraga Bisa Diatasi dengan Cara Berikut

Menarik Dibaca: Promo Maison Feerie Special Bundle 18-24 Agustus, 3 Pan Roti Favorit Cuma Rp 65.000


Video Terkait



TERBARU

[X]
×