Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID -Â BANGKOK. Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha mencabut keadaan darurat yang melarang pertemuan lebih dari empat orang, setelah gagal membungkam protes pro-demokrasi yang berlangsung setiap hari di Bangkok.
"Keadaan darurat (yang berlaku) tanggal 15 Oktober dicabut mulai dari 22 Oktober pukul 12 siang," kata Perdana Menteri Thailand dalam pernyataan yang dirilis di Royal Gazette, Kamis (22/10), seperti dilansir Channel News Asia.
Langkah-langkah darurat diberlakukan Kamis pekan lalu, setelah para demonstran memberikan penghormatan tiga jari ke iring-iringan mobil kerajaan, yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap monarki yang tak tergoyahkan.
Sebelumnya, Prayut mengatakan pada Rabu (21/10), dia siap untuk mencabut langkah-langkah darurat yang berlaku Kamis pekan lalu untuk menghentikan aksi protes di Bangkok.
Baca Juga: Redam aksi protes, Thailand cabut keadaan darurat di Bangkok
Keadaan darurat sejak 15 Oktober lalu memicu demonstrasi puluhan ribu orang, terbesar dalam tiga bulan terkahir, untuk menuntut pencopotan Prayuth dan reformasi kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.
"Saya akan mengambil langkah pertama untuk meredakan situasi ini. Saya saat ini bersiap untuk mencabut keadaan darurat di Bangkok dan akan segera melakukannya jika tidak ada insiden kekerasan," katanya dalam pidatonya seperti dikutip Reuters.
"Sekarang kita harus mundur dari tepi lereng licin yang mudah bergeser menjadi kekacauan," sebut Prayut.
Prayut harus mengundurkan diri
Protes telah menjadi tantangan terbesar bagi Thailand selama bertahun-tahun. Dan, telah menarik oposisi paling terbuka terhadap monarki dalam beberapa dekade, meskipun undang-undang lese majeste menetapkan hukuman penjara hingga 15 tahun karena menghina keluarga kerajaan.
Baca Juga: Hadapi pendemo, pendukung Raja Thailand turun ke jalan
Saat Prayut berbicara, puluhan ribu pengunjuk rasa berbaris menuju kantornya di Gedung Pemerintah untuk menuntut pengunduran dirinya serta pencabutan keadaan darurat dan pembebasan puluhan aktivis yang ditangkap.
"Itu (pencabutan keadaan darurat) tidak cukup. Dia (Prayut) harus mengundurkan diri," kata Too, salah satu peserta demo.
Salah satu pemimpin aksi protes, Tattep Ruangprapaikitseree, menegaskan, Prayut harus mengundurkan diri meskipun telah mencabut langkah-langkah darurat.
Tattep mengatakan kepada Reuters, tuntutan lain dari pengunjuk rasa dapat dibahas di parlemen.
Baca Juga: Di tengah aksi unjuk rasa, pariwisata Thailand kembali terbuka untuk turis asing
Tapi, "Prayut harus mundur dulu dan itu yang paling mudah dilakukan," ujarnya.
Dalam pidatonya, Prayut mengatakan, sengketa harus diselesaikan di parlemen.
Hanya, mayoritas parlemen adalah pendukungnya, bahkan seluruh majelis tinggi telah ditunjuk oleh Prayut.
"Para pengunjuk rasa telah bersuara dan pandangan mereka sudah didengar," kata Prayut. "Sekarang saatnya bagi mereka untuk membiarkan pandangan mereka didamaikan dengan pandangan segmen lain dari masyarakat Thailand".