kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kejatuhan Evergrande di China Akankah Mengulang Kasus Lehman Brothers?


Senin, 20 September 2021 / 20:03 WIB
Kejatuhan Evergrande di China Akankah Mengulang Kasus Lehman Brothers?
ILUSTRASI. An exterior view of China Evergrande Centre in Hong Kong, China March 26, 2018. Picture taken March 26, 2018. REUTERS/Bobby Yip


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON. Selama akhir pekan, topik mengenai lilitan utang raksasa konstruksi China, Evergrande apakah bakal mengulangi momen kejatuhan Lehman Brothers semakin santer.

Ketakutan yang berkembang bahwa kehancuran Evergrande, dan kerugian yang harus ditanggung oleh bank dan pemegang obligasi yang bernilai hingga US$ 350 miliar, dapat memicu peristiwa penularan yang serupa dengan apa yang dialami AS pada September 2008 silam, yang menyebabkan runtuhnya bank investasi Lehman Brothers.

Kewajiban keseluruhan perusahaan ini naik mendekati rekor CNY 1,97 triliun  (US$ 305 miliar), terutama karena membengkaknya tagihan kepada pemasok. Kas dan setara kas jatuh ke level terendah enam tahun.

Bloomberg menghitung, utang Evergrande menyusut menjadi CNY 572 miliar pada Juni 2021. Itu turun 20% dari CNY 717 miliar yuan pada akhir tahun lalu. Jika dibanding Maret lalu, utang sudah turun 15% dari CNY 674 miliar. Namun, utang dagang dan utang lainnya naik 15% dari enam bulan sebelumnya ke rekor CNY 951,1 miliar.

Seperti dikutip Financial Review, Senin (20/9), Evergrande, yang go public pada tahun 2009, adalah salah satu perusahaan paling penting di China. Model raksasa konstruksi adalah meminjam uang untuk membeli tanah negara, dan kemudian membangun rumah secara massal.

Baca Juga: Krisis Evergrande membuat harga Bitcoin dan aset kripto lainnya memerah

Keterkaitan pengembang properti ini ke dalam ekonomi China begitu dalam. Konstruksi perumahan telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kekayaan individu. Tapi tumpukan utang Evergrande yang sangat besar membuatnya rentan terhadap pasar properti yang lemah.

Mengutip CNN, dalam beberapa tahun terakhir, utang Evergrande menggelembung. Grup ini mendapatkan reputasi buruk karena menjadi pengembang China yang paling berutang, dengan kewajiban senilai lebih dari US$ 300 miliar.

Selama beberapa minggu terakhir, perusahaan ini mengaku memiliki masalah arus kas. Mereka mengatakan bisa gagal bayar utang jika tidak dapat mengumpulkan uang dengan cepat.

Baca Juga: Bursa Asia melemah menanti perkembangan isu tapering

Peringatan itu digarisbawahi minggu lalu, ketika Evergrande mengungkapkan dalam pengajuan bursa bahwa mereka kesulitan menemukan pembeli untuk beberapa asetnya.

Masalah ini tidak sepenuhnya baru. Tahun lalu, banyak perusahaan milik negara China gagal membayar pinjaman mereka. Ini meningkatkan kekhawatiran tentang ketergantungan China pada investasi berbahan bakar utang untuk mendukung pertumbuhan bisnis. 

"Kisah Evergrande adalah kisah tentang tantangan yang mendalam dan struktural terhadap ekonomi China terkait dengan utang," kata Mattie Bekink, direktur China dari Economist Intelligence Unit.

Sekarang, pemodal menghadapi penghapusan kredit buruk atau write off yang besar. Meskipun ada kekhawatiran, untuk saat ini, pandangan yang berlaku adalah pembuat kebijakan China telah melihat ini akan terjadi. Dan cara keruntuhannya, sampai batas tertentu, sudah dirancang dan diantisipasi.

Upaya perusahaan untuk mengurangi langkah-langkah utang di bawah garis merah yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan China mengalami hambatan. Bank-bank China juga diberitahu awal tahun ini untuk menguji keruntuhan Evergrande. Dan sejauh ini Evergrande diidentifikasi sebagai entitas yang penting secara sistemik.

Baca Juga: Saham Evergrande anjlok karena risiko gagal bayar

Jadi, keputusan untuk menghentikan perdagangan obligasinya seharusnya tidak mengejutkan. Indeks  imbal hasil obligasi di Asia telah melonjak, meskipun analisis yang lebih dalam menunjukkan lonjakan spread yang dramatis cukup terbatas pada emiten properti China.

Lebih dari satu juta pembeli rumah berada dalam ketidakpastian karena proyek-proyek yang dimiliki Evergrande telah jauh molor dari janji kepada lebih dari 70.000 investor. Ada lebih dari 160.000 karyawan langsung dan lebih dari 3,8 juta pekerjaan terkait dengan perusaaan ini. Dan proyek yang belum selesai setara dengan tiga perempat luas Manhattan.

Namun pembuat kebijakan China lebih fokus pada kesejahteraan warganya. Jika masalah Evergrande membuat perumahan lebih terjangkau untuk generasi berikutnya, itu mungkin biaya yang bersedia ditanggung negara dengan investor dan pemberi pinjaman. Sepanjang negara dapat mengelola dampak dari kegagalan Evergrande.

"Kami pada akhirnya berharap bahwa pemerintah akan campur tangan dalam kasus Evergrande. Pemerintah tidak akan membiarkan default perusahaan ini menyebar ke sistem perbankan. Dampak dari default Evergrande akan luar biasa," ujar Bekink.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×