kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Kekacauan Tarif Trump Selama Sepekan Menandakan Tanda-Tanda Resesi


Jumat, 11 April 2025 / 15:11 WIB
Kekacauan Tarif Trump Selama Sepekan Menandakan Tanda-Tanda Resesi
ILUSTRASI. The U.S. flag, decreasing stock graph and word 'Tariffs' are seen in this illustration taken, April 4, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON/HANOI. Minggu ini menjadi salah satu pekan terguncangnya pasar global akibat langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali memicu perang tarif.

Ketidakpastian atas kebijakan dagang AS membuat pelaku pasar khawatir akan bayang-bayang resesi global.

Langkah Trump yang sempat memberikan jeda 90 hari tarif untuk puluhan negara tak banyak membantu menenangkan pasar.

Baca Juga: Takut Kena Dampak Tarif Trump, Konsumen Berbondong-bondong Beli iPhone 16 Sekarang!

Perhatian investor kembali tertuju pada eskalasi perang dagang AS–China yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mencoba menenangkan pasar dengan mengatakan bahwa lebih dari 75 negara ingin memulai negosiasi dagang dengan AS.

Trump pun menyatakan optimisme akan tercapainya kesepakatan dengan China, meski tensi masih tinggi.

Namun di tengah ketidakpastian itu, pasar keuangan mengalami gejolak terburuk sejak pandemi COVID-19.

Indeks S&P 500 anjlok 3,5% pada Kamis (10/4), dan telah melemah sekitar 15% dari posisi tertinggi sepanjang masa pada Februari lalu.

Baca Juga: Trump Tunda Kebijakan Tarif Selama 90 Hari, Ekonom: Sudah Direncanakan Sejak Awal

Bursa saham Asia mengikuti jejak Wall Street. Indeks Nikkei Jepang turun 4%, sementara pasar Taiwan dan Hong Kong sempat berbalik arah ke zona hijau.

Di Eropa, pasar diprediksi dibuka sedikit menguat, meski kekhawatiran tetap menghantui.

Penjualan obligasi pemerintah AS terus berlanjut. Biaya pinjaman jangka panjang melonjak, mencatatkan kenaikan mingguan terbesar sejak 1982.

Sementara itu, harga emas—sebagai aset lindung nilai—melonjak ke rekor tertinggi.

“Risiko resesi kini jauh lebih tinggi dibanding dua pekan lalu,” kata Adam Hetts, Kepala Investasi Multi-Aset Janus Henderson, seperti dikutip Reuters.

Di sisi lain, AS dan Vietnam telah sepakat memulai pembicaraan dagang formal. Vietnam berjanji akan menindak praktik penyelundupan barang China yang masuk ke AS melalui wilayahnya.

Baca Juga: Trump Dicurigai 'Main Mata' di Pasar Saham Setelah Ubah Kebijakan Tarif Mendadak

Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, juga membentuk satuan tugas dagang untuk segera bertolak ke Washington.

Taiwan menyatakan harapannya untuk masuk dalam gelombang pertama mitra dagang yang membuka negosiasi dengan AS.

Sementara itu, China aktif menjalin komunikasi dengan negara-negara mitra seperti Spanyol, Arab Saudi, dan Afrika Selatan untuk menyusun strategi menghadapi tarif AS.

Trump sendiri menegaskan bahwa ia tetap menghormati Presiden Xi Jinping dan yakin kesepakatan bisa dicapai.

Namun, China telah merespons dengan membatasi impor film Hollywood—salah satu ekspor unggulan AS. Langkah ini dinilai sebagai sinyal awal pembalasan ekonomi dari Beijing.

Tarif baru AS juga masih membebani Kanada dan Meksiko. Kedua negara tersebut tetap dikenai tarif 25% untuk produk terkait fentanyl, kecuali mereka memenuhi aturan asal barang dalam perjanjian dagang USMCA.

Menurut Goldman Sachs, peluang AS masuk ke jurang resesi kini mencapai 45%.

Baca Juga: Takut Dampak Kebijakan Trump, Jerman Siap Tarik Cadangan Emas 1.200 Ton di AS!

Bahkan dengan beberapa rollback tarif, rata-rata bea masuk AS saat ini tercatat sebagai yang tertinggi dalam lebih dari 100 tahun, menurut riset Universitas Yale.

Uni Eropa yang sebelumnya berencana menerapkan tarif balasan terhadap AS senilai €21 miliar akhirnya menunda rencana tersebut.

Meski demikian, blok ekonomi tersebut masih mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi tarif otomotif AS dan bea masuk lain yang masih berlaku.

Otoritas Eropa memperkirakan dampak ekonomi akibat kebijakan tarif AS terhadap Uni Eropa bisa mencapai 0,5% hingga 1% dari PDB.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan yang hanya 0,9% tahun ini, tarif AS berpotensi menyeret Eropa ke jurang resesi.

Selanjutnya: Cara Daftar, Limit Terbaru, dan Cicilan GoPay Later 2025 yang Bisa Disesuaikan

Menarik Dibaca: Cara Daftar, Limit Terbaru, dan Cicilan GoPay Later 2025 yang Bisa Disesuaikan



TERBARU

[X]
×