Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, miliarder hedge fund Bill Ackman tampil sebagai sekutu yang vokal namun kritis.
Ia memperingatkan bahwa kebijakan tarif impor massal terhadap 60 negara berpotensi menciptakan “musim dingin nuklir ekonomi” yang dapat menghancurkan reputasi ekonomi Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
Sebagai pendiri dan CEO Pershing Square Capital Management, Ackman menyampaikan kritiknya melalui akun X (sebelumnya Twitter), menyebut bahwa meskipun niat untuk memperjuangkan kesetaraan dalam perdagangan dapat dimengerti, pelaksanaannya justru terlalu ekstrem dan membahayakan tatanan ekonomi dunia.
Baca Juga: Elon Musk Kritik Tarif Global Trump, Serukan Zona Perdagangan Bebas AS-Uni Eropa
Tarif Global Trump Mulai Berlaku: 10% hingga 54% untuk 60 Negara
Mengutip Unilad, pada tanggal 2 April 2025, yang Trump juluki sebagai ‘Hari Pembebasan Ekonomi (Liberation Day)’, Presiden AS mengumumkan struktur tarif besar-besaran terhadap barang impor dari 60 negara, dengan tarif dasar minimum 10% dan beberapa negara menerima beban lebih besar:
-
Uni Eropa: 20%
-
China: 54%
-
Jepang: 24%
-
Thailand: 36%
Tarif ini mulai berlaku pada akhir pekan lalu, sementara gelombang tarif lanjutan akan diterapkan mulai 9 April 2025. Langkah ini diposisikan oleh Trump sebagai "Deklarasi Kemerdekaan Ekonomi", dengan narasi bahwa AS selama ini telah "dijarah dan dirampok" oleh negara-negara mitra dagangnya, baik teman maupun lawan.
Ackman: “Kita Sedang Menyerang Dunia dengan Perang Ekonomi Global”
Dalam pernyataan terbuka, Bill Ackman yang memiliki kekayaan bersih sekitar US$8,9 miliar menurut Forbes, mengungkapkan kekhawatiran serius bahwa AS sedang menghancurkan kepercayaan global terhadapnya sebagai mitra dagang dan destinasi investasi.
Baca Juga: JPMorgan Prediksi 60% Peluang Resesi Global Akibat Kebijakan Tarif Trump
“Kita sedang dalam proses menghancurkan kepercayaan pada negara kita sebagai mitra dagang, tempat untuk berbisnis, dan pasar untuk menanamkan modal,” tulis Ackman.
Ia menggambarkan kebijakan tarif Trump sebagai tindakan meluncurkan perang ekonomi terhadap dunia, tanpa membedakan antara sekutu maupun rival.
“Dengan mengenakan tarif besar yang tidak proporsional kepada teman dan musuh sekaligus, kita justru mengobarkan perang ekonomi terhadap seluruh dunia pada saat yang bersamaan,” katanya.
The country is 100% behind the president on fixing a global system of tariffs that has disadvantaged the country. But, business is a confidence game and confidence depends on trust.
President @realDonaldTrump has elevated the tariff issue to the most important geopolitical… — Bill Ackman (@BillAckman) April 6, 2025
Dampak Langsung ke Bisnis dan Konsumen: Dari Bahan Pokok Hingga Pensiun
Para ekonom dan penasihat keuangan memperingatkan bahwa kebijakan ini bukan hanya akan menghantam perdagangan global, tetapi juga akan berdampak langsung pada harga-harga kebutuhan pokok, kendaraan, hingga portofolio pensiun masyarakat Amerika.
“Hampir tidak ada bisnis yang mampu menyalurkan lonjakan biaya secara tiba-tiba kepada pelanggan mereka,” tulis Ackman.
“Baik bisnis besar maupun kecil akan menderita. Ini bukan yang kami pilih dalam pemilu,” tambahnya.
Seruan Time Out: Negosiasi 90 Hari untuk Perbaikan Sistem Tarif
Dalam nada yang masih memberi peluang penyelesaian, Ackman menyerukan kepada Presiden Trump untuk mengambil jeda selama 90 hari guna bernegosiasi dan menyelesaikan ketidakseimbangan sistem tarif global.
Baca Juga: Trump Terancam Dimakzulkan! Ketegangan Politik AS Meningkat
“Presiden memiliki kesempatan untuk menyatakan jeda 90 hari pada hari Senin untuk memperbaiki kesepakatan tarif yang timpang, dan menarik investasi triliunan dolar ke negara kita,” ujar Ackman.
Namun, ia juga memberikan peringatan keras:
“Jika pada 9 April kita tetap meluncurkan perang ekonomi terhadap seluruh dunia, investasi bisnis akan terhenti, konsumen akan menutup dompet mereka, dan kita akan merusak reputasi negara dalam skala global, yang butuh waktu puluhan tahun untuk memulihkannya.”
Peringatan Ackman datang saat istilah ‘Black Monday’ kembali trending di media sosial, merujuk pada jatuhnya pasar saham global secara drastis seperti yang terjadi pada 1987.