Sumber: France 24 | Editor: Khomarul Hidayat
Arab Saudi mengalami perubahan di bawah putra mahkota dan penguasa de facto, Mohammed bin Salman (MBS), yang berkuasa pada 2017.
Tapi MBS juga telah meluncurkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, menahan aktivis hak-hak perempuan, ulama dan jurnalis. Sebuah laporan intelijen AS menuduhnya menyetujui pembunuhan terhadap jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul tahun 2018 lalu.
Reformasi sosial kerajaan Teluk didorong oleh keinginan untuk mendiversifikasi ekonominya yang bergantung pada minyak, termasuk dengan menggenjot pariwisata dan pengeluaran domestik.
Hanya pelancong bisnis dan peziarah Muslim yang dapat berkunjung hingga 2019, ketika Arab Saudi mulai menawarkan visa turis.
Bilal Saudi, kepala acara di King Abdullah Economic City, mengatakan, Pure Beach menargetkan pengunjung lokal dan turis asing.
"Saya merasa bahwa saya tidak lagi harus bepergian (ke luar negeri) untuk bersenang-senang... karena semuanya ada di sini," kata Dima, seorang pengusaha muda Saudi, sambil bergoyang mengikuti musik.
Baca Juga: Arab Saudi menargetkan 30% kendaraan listrik di Riyadh tahun 2030
Staf di pantai mengatakan mereka tidak tahu apakah pasangan itu sudah menikah atau belum. Baru dua tahun yang lalu pasangan asing yang belum menikah diizinkan untuk berbagi kamar hotel.
Demi "privasi", seperti yang dikatakan staf, ponsel disita dan disimpan dalam kantong plastik.
"Saya terkejut dengan kebebasan dan keterbukaan di pantai, sesuatu yang akan dialami di Amerika Serikat," kata pengunjung pantai Mohammed Saleh.
Kehidupan malam seperti itu sampai saat ini merupakan kesenangan yang disediakan untuk orang asing, dan itupun hanya secara tidak resmi.
"Hidup itu sekarang normal (di Arab Saudi). Sebelumnya tidak normal," kata Asma menambahkan.