Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Pada Maret, media pemerintah memuat pernyataan pertama kali oleh Kim Yo Jong, di mana dia mengkritik Pemerintah Korea Selatan. Itu diikuti beberapa lagi, termasuk tanggapan atas komentar Trump.
Dan, pekan lalu Kim Yo Jong memperingatkan, Korea Utara akan memutus komunikasi dengan Korea Selatan.
Lee mengatakan, pernyataan Kim Yo Jong memiliki gaya yang unik, menampilkan kecerdasan dan menggarisbawahi posisi kuatnya.
"Selain kata-kata kasar dan sarkasme, mereka bisa sedikit jenaka dalam cara penyampaian sementara pernyataan lainnya tidak," kata Lee. "Dia tampaknya memiliki lebih banyak kelonggaran dalam menyusun pernyataannya, yang tentu saja tidak mengejutkan".
Baca Juga: Korea Utara: AS tak pantas kritik China saat hendak melepas anjing untuk tekan protes
Ketika KCNA mengumumkan pada Selasa (9/6) bahwa hotline antara Korea Utara dan Korea Selatan akan terputus, media pemerintah Korea Utara itu mengatakan, Kim Yo Jong dan Kim Yong Chol memperjuangkan keputusan itu dalam sebuah pertemuan.
"Penjelasan langka tentang proses pembuatan kebijakan ini menggambarkan Kim Yo Jong sebagai orang yang sangat substantif," kata Michael Madden, pakar kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center, lembaga think tank yang berbasis di AS, kepada Reuters.
Madden mengatakan, penggambaran baru Kim Yo Jong di media pemerintah mungkin merupakan sindiran halus kepada para analis internasional yang telah meragukan kemampuannya untuk memiliki pengaruh dalam masyarakat yang didominasi pria di Korea Utara.
"Mereka jelas memiliki harapan tinggi kepadanya (Kim Yo Jong)," ujar Madden. "Belum tentu menjadi pemimpin berikutnya, tapi tetap saja seorang kingmaker".
Baca Juga: Adik Kim Jong Un ancam batalkan perjanjian militer dengan Korsel gara-gara hal ini!