kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Kinerja Kuartal I Naik, Adidas Proyeksi Kinerja di Tahun Ini Bakal Stagnan


Selasa, 29 April 2025 / 15:23 WIB
Kinerja Kuartal I Naik, Adidas Proyeksi Kinerja di Tahun Ini Bakal Stagnan
ILUSTRASI. Koleksi adidas 2000’s Running terdiri dari Ozmillen dan Response CL. 


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BERLIN. Produsen perlengkapan olahraga asal Jerman, Adidas, memutuskan untuk tidak menaikkan proyeksi keuangan tahun 2025 meskipun hasil kinerja kuartal pertama cukup solid. Keputusan ini diambil karena ketidakpastian seputar tarif impor Amerika Serikat yang dinilai menyulitkan perusahaan dalam membuat prediksi dan perencanaan.

CEO Adidas, Bjorn Gulden dikutip Reuters mengatakan, dalam situasi normal, Adidas seharusnya menaikkan proyeksi pendapatan dan laba setelah melihat hasil kinerja kuartal lalu. Namun, ketidakpastian tarif membuat perusahaan menahan langkah tersebut.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Sepatu Adidas untuk Hadiah Akhir Tahun 2024, Cek Daftarnya!

Adidas memperkirakan, kenaikan tarif impor secara menyeluruh di AS akan memicu peningkatan harga di seluruh produknya. Meski demikian, perusahaan ini mengaku belum dapat mengukur besaran dampaknya maupun memperkirakan pengaruhnya terhadap permintaan konsumen AS.

Meskipun Adidas telah meminimalisasi ekspor barang produksi China ke AS, perusahaan masih menghadapi paparan risiko dari tarif tinggi terhadap barang-barang asal China. Gulden menyatakan, belum ada kepastian kapan tarif tersebut akan berubah.

"Karena adanya ketidakpastian dalam negosiasi antara AS dan negara-negara pengekspor, kami tidak tahu berapa tarif akhir yang akan diberlakukan. Oleh karena itu, kami belum bisa mengambil keputusan akhir," ujar Gulden.

Baca Juga: FIFA Berselisih dengan Adidas dan Coca-Cola Terkait Sponsor Piala Dunia Antarklub

Tarif tinggi yang tidak terduga terhadap negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Indonesia yang diumumkan awal bulan ini namun ditunda hingga Juli juga mengejutkan banyak merek olahraga. Hal ini menjadi perhatian khusus mengingat sebagian besar sepatu dan pakaian mereka diproduksi di kawasan tersebut.

Sebagai respons terhadap kenaikan biaya akibat tarif, Adidas berkomitmen untuk memastikan mitra ritel dan konsumen di AS tetap mendapatkan produk dengan harga terbaik. Perusahaan juga berupaya mengimbangi ketidakpastian di pasar AS dengan meningkatkan kinerja di pasar global lainnya.

Pada kuartal pertama 2025, penjualan Adidas naik 14% di Eropa, 13% di China dan melonjak 26% di Amerika Latin. Namun, di Amerika Utara, penjualan hanya tumbuh 3% karena proses penghentian lini produk sepatu Yeezy.

Meski tetap mempertahankan panduan keuangan untuk tahun penuh, Adidas memperkirakan pertumbuhan penjualan netral terhadap mata uang berada pada tingkat satu digit tinggi antara 5% hingga 9%, dengan laba operasional diperkirakan mencapai € 1,7 miliar hingga € 1,8 miliar. 

Baca Juga: CEO Adidas: Tarif Impor AS Bisa Picu Inflasi dan Kurangi Penjualan

Adidas juga mencatat peningkatan penjualan sepatu lari dan pakaian pada kuartal pertama, seiring upayanya bersaing dengan merek-merek baru seperti On dan Hoka yang semakin populer, menggantikan dominasi tradisional dari Nike, Adidas, dan Puma.

Saham Adidas tercatat stagnan pada awal perdagangan hari ini.

Selanjutnya: Tekan Impor, Industri Semen Terus Genjot Penggunaan Produk Dalam Negeri

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Berbalik Turun, Dollar Lebih Berotot



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×