Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Personel militer pertama dari Korea Utara di wilayah perbatasan Rusia di Kursk telah diserang oleh Ukraina. Kejadian ini terjadi di tengah kekhawatiran tentang Pyongyang yang mengirim ribuan tentara ke Rusia untuk mendapatkan imbalan nuklir.
Mengutip The Independent, Pentagon minggu lalu mengatakan Korea Utara mengirim 10.000 tentara ke Rusia. Sebagian dari mereka diyakini menuju Kursk untuk bergabung dengan pasukan Putin dalam invasi mereka ke Ukraina di tengah konflik terbesar yang pernah terjadi di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Pasukan Rusia menghadapi kesulitan dalam memukul mundur serangan lintas batas Ukraina yang diluncurkan pada 6 Agustus.
"Personel militer pertama DPRK [Republik Rakyat Demokratik Korea] telah diserang di wilayah Kursk di Federasi Rusia," kata kepala Pusat Penanggulangan Disinformasi Ukraina Andriy Kovalenko pada hari Senin, mengacu pada tantara Korea Utara.
Seorang juru bicara PBB mengatakan sekretaris jenderal Antonio Guterres "sangat khawatir" tentang pasukan Korea Utara yang dikirim ke Rusia dan "kemungkinan pengerahan mereka ke zona konflik".
Juru bicara itu mengatakan segala sesuatu harus dilakukan untuk menghindari internasionalisasi konflik ini.
Baca Juga: Siapapun Pemenang Pemilu AS, Putin Tidak Terburu-buru untuk Akhiri Perang Ukraina
Perkiraan Ukraina, yang lebih tinggi dari perkiraan Washington, menunjukkan bahwa sekitar 12.000 warga Korea Utara terlibat dalam pertempuran atas nama Rusia.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 7.000 warga Korea Utara dengan perlengkapan dan senjata Rusia sudah berada di daerah dekat Ukraina, kata badan intelijen militer Kyiv pada hari Sabtu.
Volodymyr Zelensky yang cemas mendesak sekutu Ukraina untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah pengerahan pasukan Pyongyang alih-alih hanya "menonton" dan "menunggu".
Presiden Ukraina mengusulkan serangan pendahuluan Ukraina terhadap kamp-kamp tempat pasukan Korea Utara dilatih. Akan tetapi, dia mengatakan Kyiv tidak akan dapat melakukannya tanpa izin dari sekutu Barat.
Baca Juga: Bos JPMorgan Peringatkan Perang Dunia III Mungkin Telah Dimulai