kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah WNI Terkait Situasi Ukraina yang Hancur Akibat Invasi Rusia, Selalu Waspada


Kamis, 15 September 2022 / 15:27 WIB
Kisah WNI Terkait Situasi Ukraina yang Hancur Akibat Invasi Rusia, Selalu Waspada
ILUSTRASI. Lusinan mobil hancur ketika rudal Rusia menghantam tempat parkir di luar blok kantor pusat, Ukraina. Kisah WNI Terkait Situasi Ukraina yang Hancur Akibat Invasi Rusia, Selalu Waspada


Sumber: TribunNews.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Invasi Rusia di Ukraina hingga kini terus berlangsung. Korban dari kalangan sipil terus berjatuhan. Warga Negara Indonesia Pepi Aprianti Utami yang sudah 13 tahun berdomisili di Kyiv, Ukraina, mengungkap situasi terkini di negara tersebut.

Menurut seniman kriya alumni Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB), Rusia seperti ingin menghilangkan Ukraina dari peta dunia.

"Tentara Rusia secara sengaja menghancurkan ingatan terhadap budaya dengan membakar perpustakaan, sekolah dan museum di Ukraina," ucap Pepi, berdasarkan keterangan resmi Kedutaan Besar Ukraina untuk Indonesia.

Meski demikian, Pepi memilih bertahan di Ukraina karena ia memiliki keluarga dan teman-teman di sana. Pekerjaannya juga tak bisa ia tinggalkan jika keluar dari wilayah Ukraina.

Baca Juga: Zelenskiy Sebut Kota-kota dan Desa-desa yang Direbut Kembali dari Rusia Telah Hancur

Ia memilih pindah ke kota yang lebih aman. Pepi menuturkan, sebelum terjadi serangan oleh Rusia, Ukraina adalah negara yang aman dan orang-orang pergi bekerja dan beraktifitas lancar.

Perekonomian dan pembangunan terus berkembang selayaknya sebuah negara berdaulat. Kondisi itu berubah Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

“Banyak bangunan runtuh kena rudal. Tak sedikit korban jiwa sipil. Semua panik. Rumah saya dibobol dan dirusak oleh tentara Rusia, mereka bersembunyi dan menyimpan amunisinya di sekitar pekarangan rumah saya,” tuturnya.

Pada awal invasi Pepi memutuskan untuk berlindung di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kyiv.

Kemudian dibantu secara penuh oleh KBRI untuk pindah ke kota Vinnytsia yang relatif aman dari serangan tentara Rusia.

Baca Juga: AS Batalkan Bantuan Militer US$130 juta ke Mesir Karena Adanya Pelanggaran HAM

Setelah tiga bulan, ketika keadaan semakin aman barulah rombongan Pepi kembali ke Kyiv dan kumpul kembali bersama keluarga.

“Di Kyiv saya berusaha untuk tetap waspada setiap sirene berbunyi saya mencoba mencari tempat yang aman untuk berlindung,” lanjutnya.




TERBARU

[X]
×