kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Koalisi AS menembakkan 110 misil untuk ciptakan zona larangan terbang di Libia


Minggu, 20 Maret 2011 / 09:24 WIB
Koalisi AS menembakkan 110 misil untuk ciptakan zona larangan terbang di Libia
ILUSTRASI. Panen jambu merah di Desa Cibening, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/2).


Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini

PARIS. Libia dihujani lebih dari 110 misil dari kapal Tomahawk untuk pertama kalinya setelah kekuatan militer international melakukan intervensi untuk melindungi rakyat dari serangan pendukung loyal Khadafi.

Pesawat jet milik Prancis menembak kendaraan lapis baja Libia dan empat tank dalam operasi militer yang mereka sebut Operation Odyssey Dawn. Koalisi dari negara-negara seperti AS, Inggris, Prancis, Kanada dan Italia melakukan aksi militer untuk menciptakan zona larangan terbang di wilayah Afrika Selatan.

Laksamana Madya AS William Gortley bilang, lebih dari 20 titik yang menjadi target serangan pertama ini, termasuk empat lapangan terbang di Tripoli dan pertahanan udara di timur Libia. "Sterilisasi operasi ini akan memakan waktu beberapa hari," katanya tanpa menyebutkan tenggat waktu pasti kapan zona larangan terbang akan benar-benar bersih.

Penyerangan pertama dimulai pada pukul 15.00 waktu setempat, hari ini. Sementara itu, Ketua Konferensi Rakyat Libia Mohammed Al-Zewi mengatakan, penyerangan itu merupakan agresi kaum barbar. Rakyat telah banyak terluka dan butuh perawatan medis.

Tindakan serangan ini dilatarbelangi oleh keputusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) dalam pemungutan suara pada Kamis (17/3) untuk melakukan aksi militer, mengingat Khadafi terus melakukan kekerasan terhadap rakyatnya. Pada waktu yang sama, Khadafi menyerang rakyat di Benghazi dengan brutal.

Presiden AS Barrack Obama bilang, pihaknya tidak bisa tinggal diam ketika tirani mengatakan kepada rakyatnya untuk tidak akan memberi ampun bagi pemberontak. "Kami akan membantu negara-negara Eropa, Kanada dan negara Arab untuk menghentikan kekerasan terhadap rakyat," kata Obama.



TERBARU

[X]
×