kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konflik militer China dengan Jepang bisa meletus gara-gara Kepulauan Senkaku


Minggu, 21 Juni 2020 / 11:58 WIB
Konflik militer China dengan Jepang bisa meletus gara-gara Kepulauan Senkaku
ILUSTRASI. Konflik militer China dengan Jepang bisa meletus gara-gara Kepulauan Senkaku


Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat

Sejarah pertikaian

Cina mengklaim sejak 1400-an, kepulauan itu sudah dimiliki China ketika pulau itu digunakan sebagai titik singgah bagi nelayan Tiongkok.

Namun, Jepang tidak melihat jejak kontrol China atas pulau-pulau dalam survei 1885, sehingga secara resmi kepulauan tersebut sebagai wilayah berdaulat Jepang pada tahun 1895.

Sekelompok pemukim memproduksi ikan kering dan mengumpulkan bulu, dengan pulau-pulau yang memiliki lebih dari 200 penduduk pada satu titik, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.

Jepang kemudian menjual pulau-pulau itu pada tahun 1932 kepada keturunan para pendatang asli, tetapi pulau-pulau itu akhirnya ditinggalkan. Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II pada tahun 1945.

Baca Juga: AS tolak permintaan maskapai penerbangan Tiongkok untuk penerbangan tambahan

Pulau-pulau itu dikelola oleh pasukan pendudukan AS setelah perang. Tetapi pada tahun 1972, Washington mengembalikan ke Jepang sebagai bagian dari penarikan pasukan dari Okinawa.

Taiwan yang dianggap China sebagai provinsi Cina, juga mengklaim kepemilikan kepulauan tersebut.

Pertahanan di Senkaku/Diaoyus telah menjadi prioritas Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) dalam beberapa tahun terakhir. Dewan Hubungan Luar Negeri mencatat, Jepang telah mendirikan pangkalan militer baru di dekatnya untuk melindungi pulau-pulau itu.  JSDF juga telah membangun marinirnya

Meskipun pulau-pulau itu tidak berpenghuni, ada kepentingan ekonomi yang terlibat, menurut CFR.
CFR menyebut, pulau-pulau itu memiliki cadangan minyak dan gas alam yang potensial, dekat dengan rute pelayaran yang terkenal, dan dikelilingi oleh daerah penangkapan ikan yang kaya.

Itu semua menambah potensi masalah, kata William Choong, seorang partnet senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura

"Dibandingkan dengan titik nyala lainnya di wilayah ini - Laut China Selatan, Taiwan, dan program senjata Korea Utara - Laut China Timur menggabungkan campuran yang unik dan mudah terbakar dari sejarah, kehormatan dan wilayah," tulis Choong di The Interpreter.

Baca Juga: Pasca bentrokan berdarah, seruan boikot barang China di India makin kuat




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×