Sumber: Channel News Asia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Jumlah korban tewas akibat kebakaran hebat di kompleks perumahan Wang Fuk Court, distrik Tai Po, Hong Kong, kembali bertambah menjadi 159 orang setelah seluruh blok yang terdampak selesai diperiksa.
Polisi memperingatkan bahwa angka ini masih dapat berubah, karena petugas menemukan sejumlah “dugaan potongan tulang manusia” yang kini menunggu pemeriksaan forensik.
Melansir Channelnewsasia Kamis (4/12/2025), kebakaran yang terjadi pekan lalu itu menjadi tragedi kebakaran gedung hunian paling mematikan di dunia sejak 1980, sekaligus yang terburuk bagi Hong Kong dalam beberapa dekade terakhir.
Baca Juga: CEO BlackRock Larry Fink Ubah Pandangan: Bitcoin Kini Aset Ketakutan
Pada Rabu (3/12), ratusan warga kembali mendatangi sebuah taman kecil di dekat bangunan yang hangus, membawa karangan bunga dan catatan belasungkawa. Korban termuda tercatat berusia satu tahun, sementara yang tertua 97 tahun.
“Saya berharap orang-orang bisa datang untuk menenangkan duka mereka,” kata Sarah Lam, salah satu peziarah.
Ia berharap kebenaran penyebab tragedi segera terungkap “agar para korban tidak meninggalkan dunia ini dengan ketidakadilan.”
Taman tersebut dipenuhi ratusan bangau kertas warna-warni, sementara relawan membagikan kertas dan pena bagi warga yang ingin menuliskan pesan terakhir bagi para korban.
Netting Renovasi Disebut Perparah Api
Beberapa warga dari satu-satunya menara yang tidak terdampak diperbolehkan kembali sebentar untuk mengambil barang-barang penting.
Otoritas sebelumnya menyatakan api membesar dengan cepat karena bangunan sedang menjalani renovasi besar-besaran, menggunakan jaring pelindung (netting), papan busa, dan perancah bambu yang tidak memenuhi standar tahan api.
Baca Juga: Indeks Nikkei Jepang Melonjak: Saham Robotika Pimpin Reli, Investor Cari Tema Baru
Melihat temuan tersebut, Menteri Pembangunan Bernadette Linn memerintahkan seluruh bangunan di Hong Kong yang sedang menjalani renovasi besar untuk mencopot netting paling lambat Sabtu ini.
Polisi telah menangkap 15 orang, termasuk sejumlah pimpinan perusahaan konstruksi, atas dugaan pembunuhan.
Enam orang lainnya ditangkap terkait kerusakan sistem alarm kebakaran yang tidak berfungsi saat insiden terjadi.
Ketegangan Politik Mengemuka
Selain duka yang mendalam, tragedi ini juga memunculkan kembali sorotan mengenai akuntabilitas dan transparansi pemerintah.
Pemimpin Hong Kong John Lee memperingatkan agar tidak ada pihak yang “memanfaatkan tragedi” untuk kepentingan tertentu.
Baca Juga: Presiden Taiwan: Xi Harus Fokus Benahi Ekonomi, Bukan Ekspansi Teritorial
Kantor Keamanan Nasional Beijing di Hong Kong menuduh “kekuatan asing bermusuhan” mencoba memprovokasi kekacauan dengan memanfaatkan peristiwa tersebut.
“Semua tindakan yang bertujuan mengguncang Hong Kong akan ditindak sampai tuntas,” demikian pernyataan lembaga tersebut.
Media lokal melaporkan bahwa tiga orang termasuk seorang mahasiswa berusia 24 tahun, Miles Kwan, serta mantan anggota dewan distrik Kenneth Cheung sempat ditangkap atas dugaan hasutan, meskipun kemudian terlihat keluar dari kantor polisi.
Di Universitas Baptis Hong Kong, sebuah papan pengumuman yang dikelola serikat mahasiswa dijuluki “tembok demokrasi” ditutup dengan barikade.
Sebuah pesan yang masih terlihat di balik penghalang bertuliskan: “Kami adalah warga Hong Kong. Mendesak pemerintah merespons tuntutan publik demi tegaknya keadilan.”













