Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan mengumumkan kenaikan harga listrik sebesar 5,3% untuk sebagian, Senin (15/5). Kenaikan ini untuk menutup kenaikan biaya pembangkitan listrik, yang seharusnya dilakukan sebulan yang lalu yang tertunda karena kemungkinan berdampak pada inflasi yang sudah tinggi dan biaya hidup yang tinggi.
Ini adalah kenaikan harga listrik kedua kali ini pada tahun ini setelah kenaikan sebesar 9,5% yang lebih tajam yang mulai berlaku pada awal tahun. Penyesuaian harga seharusnya dilakukan pada 1 April tetapi tertunda setelah terjadi protes publik terkait kenaikan biaya hidup.
Pemerintah Presiden Yoon Suk Yeol, yang menandai satu tahun pemerintahan, menghadapi tekanan yang saling bertentangan antara utilitas yang terkena kerugian yang semakin meningkat dan rumah tangga yang terkena dampak meningkatnya biaya hidup.
Baca Juga: Main ke Disneyland Jepang, Kim Jong Un pernah Pakai Paspor Palsu Bersama Ayahnya
Menteri Energi Lee Chang memulai pengumumannya tentang keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa dia "merasa berat hati tentang beban dan kekhawatiran yang timbul akibat kenaikan harga".
Korea Electric Power Corp (KEPCO), perusahaan listrik milik negara, mengalami kerugian operasional sebesar 6,2 triliun won (US$ 4,69 miliar) pada kuartal pertama setelah mengalami kerugian sebesar 32,6 triliun won pada seluruh tahun lalu.
Kementerian juga mengumumkan kenaikan harga gas kota sebesar 5,3% untuk rumah tangga. Kedua kenaikan harga tersebut mulai berlaku pada hari Selasa (16/5).
Baca Juga: Bank Milik Korsel Bakal Gencar Ekspansi Pasar
Inflasi Korea Selatan telah mereda sejak mencapai puncak tertinggi hampir 24 tahun sebesar 6,3% pada Juli tahun lalu. Tetapi laju inflasi masih berkisar di sekitar 4% dibandingkan dengan target bank sentral sebesar 2%.
Dengan pemilihan parlemen sekitar 11 bulan lagi, jajak pendapat terbaru oleh Gallup Korea menunjukkan bahwa tingkat persetujuan Presiden Yoon Suk Yeol telah menurun menjadi 35,4% dari 38,4% pada bulan April.