Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok menyatakan bahwa pemerintahnya akan mengupayakan pembicaraan dengan pemerintahan Amerika Serikat (AS) terkait tarif impor baja dan aluminium sebesar 25% yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.
Langkah ini bertujuan untuk melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan Korea Selatan.
Para CEO dari 20 konglomerat besar Korea Selatan berencana mengunjungi AS dalam waktu dekat.
Baca Juga: Trump Kerek Tarif Impor Aluminium dan Baja Jadi 25%, Berlaku Mulai 4 Maret 2025
“Sementara pemerintah juga berencana berdiskusi dengan Jepang dan Uni Eropa mengenai langkah-langkah tanggapan terhadap kebijakan tersebut,” ujar Choi pada Selasa (11/2).
Pemerintah Korea Selatan tengah melakukan "upaya maksimal" untuk membangun hubungan erat dengan pemerintahan Trump demi menjaga kepentingan perusahaan domestik, tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Cheong In-kyo menyatakan bahwa tarif 25% yang akan diberlakukan mulai Maret dapat mengurangi permintaan baja di AS dan menekan profitabilitas eksportir baja.
Namun, ia juga menambahkan bahwa kebijakan ini dapat membuka peluang bagi perusahaan Korea Selatan untuk mencari pasar ekspor baru.
Cheong menyatakan bahwa Korea Selatan akan "secara aktif mempertimbangkan" kemungkinan adanya ruang untuk negosiasi terkait tarif ini, meskipun Trump telah menegaskan bahwa kebijakan tersebut akan diterapkan "tanpa pengecualian atau pembebasan".
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan dengan pejabat industri baja di Seoul.
Baca Juga: India dan Thailand Bisa Menjadi Incaran Tarif Impor Trump Berikutnya
Dampak terhadap Pasar dan Ekonomi
Saham perusahaan baja Korea Selatan mengalami penurunan pada Selasa. POSCO Holdings turun 0,8% untuk hari kedua berturut-turut.
Sementara Dongkuk Steel Mill melemah 0,9% ke level terendah dalam tiga bulan. Di sisi lain, indeks pasar saham KOSPI justru naik 0,7%.
Korea Selatan merupakan negara eksportir baja terbesar keempat ke AS pada tahun lalu, setelah Kanada, Meksiko, dan Brasil, menurut data American Iron and Steel Institute.
Pada tahun 2018, selama masa jabatan pertama Trump, Korea Selatan berhasil mencapai kesepakatan dengan AS untuk mendapatkan kuota bebas bea sebesar 70% dari rata-rata volume baja yang diekspor ke negeri Paman Sam pada periode 2015-2017.
Kesepakatan ini menjadikan Korea Selatan sebagai sekutu pertama AS yang memperoleh pengecualian tarif baja tanpa batas waktu.
Baca Juga: Merasa Dizalimi! Hong Kong Ajukan Keluhan ke WTO atas Tarif Baru AS
"Karena itu, kami melihat ada peluang untuk melakukan negosiasi dengan pemerintahan Trump yang kedua jika diperlukan," tulis Citi dalam laporannya.
Citi memperkirakan bahwa tarif baja terbaru ini dapat berdampak negatif terhadap ekonomi Korea Selatan sebesar 0,11% hingga 0,22% dari produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, para menteri perdagangan Uni Eropa akan mengadakan konferensi video darurat pada Rabu (12/2), untuk membahas respons blok tersebut terhadap tarif baja dan aluminium yang akan diterapkan oleh AS, menurut para diplomat Uni Eropa.