Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
Meningkatnya ketegangan terjadi sehari menjelang peringatan 20 tahun KTT antar-Korea pertama pada tahun 2000, yang menjanjikan peningkatan dialog dan kerja sama antara kedua negara.
Pada tahun 2018, para pemimpin kedua negara menandatangani deklarasi yang setuju untuk bekerja untuk "denuklirisasi lengkap semenanjung Korea" dan menghentikan "tindakan bermusuhan."
Para analis mengatakan Korea Utara tampaknya menggunakan masalah selebaran untuk meningkatkan tekanan pada Korea Selatan di tengah perundingan denuklirisasi yang macet.
"Selebaran adalah alasan atau pembenaran untuk meningkatkan taruhan, membuat krisis, dan menggertak Seoul untuk mendapatkan apa yang diinginkannya," kata Duyeon Kim, penasihat senior di International Crisis Group, sebuah organisasi nirlaba independen yang berbasis di Belgia.
Korea Utara merasa dikhianati dan disesatkan oleh prediksi Seoul bahwa Amerika Serikat akan mencabut beberapa sanksi dengan imbalan Korea Utara menutup lokasi reaktor nuklirnya. Korea Utara tambah kecewa karena selebaran dan latihan militer Korea Selatan dan AS berlanjut.
"Mereka kecewa bahwa Seoul tidak melakukan apa pun untuk mengubah lingkungan dan sekali lagi mengatakan Seoul agar tidak terlibat dalam perundingan nuklirnya dengan Washington," tambahnya.
Baca Juga: Korea Selatan perpanjang pengetatan jarak sosial untuk wilayah Seoul dan sekitarnya