CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Kremlin: Biden Tak Pantas Menyebut Putin Sebagai Penjahat Perang


Jumat, 18 Maret 2022 / 10:19 WIB
Kremlin: Biden Tak Pantas Menyebut Putin Sebagai Penjahat Perang
ILUSTRASI. Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu untuk KTT AS-Rusia di Villa La Grange di Jenewa, Swiss, 16 Juni 2021.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Kantor pemerintahan Rusia mengecam klaim Presiden AS Joe Biden yang menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang. Menurut Kremlin, ucapan tersebut tidak pantas diucapkan oleh negara yang telah membunuh warga sipil dalam konflik di seluruh dunia.

Biden pada hari Rabu (16/3) menyebut Putin sebagai penjahat perang ketika seorang wartawan bertanya di Gedung Putih. Sebelumnya, Biden sempat menjawab "tidak" untuk pertanyaan yang sama.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa pernyataan Biden benar-benar tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan, mengingat AS sejauh ini juga sudah terlibat dalam banyak perang yang menewaskan warga sipil.

Baca Juga: Joe Biden Soal Vladimir Putin: Saya Pikir Dia adalah Penjahat Perang

"Hal utama adalah bahwa kepala negara yang telah bertahun-tahun membom orang di seluruh dunia. Presiden negara seperti itu tidak memiliki hak untuk membuat pernyataan seperti itu," ungkap Peskov, seperti dikutip Reuters.

Lebih lanjut, Peskov menyinggung AS yang telah mengebom Jepang pada tahun 1945 hingga menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki. Sekitar 200.000 orang tewas seketika oleh bom dan banyak lagi yang meninggal karena penyakit radiasi.

Sementara itu, invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang dan membuat lebih dari 3 juta orang mengungsi. Invasi ini menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan AS sebagai dua kekuatan nuklir terbesar dunia.

Pada hari Kamis (17/3), Rusia mengatakan pihaknya telah memiliki kekuatan untuk menjadi negara adidaya. Kremlin juga menuduh Barat memicu plot Russophobia liar untuk menghancurkan Rusia.

Baca Juga: Warning Rusia: Kami Punya Kekuatan untuk Mengganti Amerika sebagai Negara Adidaya



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×